Selasa, 22 Desember 2009

MAKALAH

BIMBINGAN BAGI ANAK DISKALKULIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus

Upi 1 Color.jpg

Disusun oleh:

Cucu Susilawati (0701962)

Elfa Fauziah (0702669)

Siti Kurniasih (0701005)

Konsentrasi Bahasa Indonesia

Semester V

PROGRAM PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

KAMPUS CIBIRU

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan binayah-Nya penulis telah menyelesaikan makalah ini juga tidak lupa shalawat dan salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Adapu tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus (BABK) di UPI KAMPUS CIBIRU, tetapi juga sebagai sumber untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan penbaca mengenai Bimbingan bagi Anak Diskalkulia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari ksempurnaan oleh karena itu, dengan segala kerendaha hati, kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini, penulis akan menerimanya dengan terbuka demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis smapaikan harapan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang cukup berarti, khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi para pembaca.

Bandung, Desember 2009

Penulis

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu yang menjadi pemikiran bagi kami dalam perkembangan islam sekarang itu, jumlahnya semakin banyak tetapi kekuatannya semakin menurun disbanding dengan non muslim, salah satu contohnya kenapa orang-orang di Palestina bisa di jajah oleh Israel, itu kurangnnya kesadaran orang-orang muslim, dan hubungan diplomasi negara muslim itu sangat lemah. Sebagaimana sabda Rosull SAW “umutku nanti semakin banyak, tetapi bagikan buih air laut” artinya umat islam itu semakin banyak tapi tidak ada kekuatannya, yang dimana dengan goncangan sedikit pun langsung hilang, sekarang kita sebelum membendung dan memikirkan tentang umat kita benahi dulu diri sendiri dengan kuat, dimana kita harus memperkuat dulu kepribadian kita, dimana saya dalam makalah ini menguraikan juga tentang kepribadian Islam, dimana kepribadian dalam islam itu sangat penting demi kuatnya dan kokohnya islam, dan apa bila kita mempunyai kepribadian yang kuat maka kita akan mampu memberikan dakwah atau mengajarkan dakwah pada orang lain.

Dimana diera sekarang banyak sekali yang harus dipikirkan dan pihami dalam kegitan dakwah itu sendiri, yiatu karena banyaknya pergulatan pemikiran di lembaga dakwah adalah hal biasa. Konteks sosial dan politik serta perubahan di sekeliling gerakan dakwah itu sering mewarnai berbagai pandangan yang muncul. Oleh karena itu, sebuah pemikiran seyogyanya bisa ditempatkan dalam horison yang lebih luas supaya bisa menempatkannya dalam kerangka dinamika dakwah umat Islam di muka bumi.

Jika kajian gerakan itu ditarik ke arah yang lebih sempit dan terisolasi dari ruang sejarah yang bermunculan di sekitarnya, sulit bisa melahirkan sebuah gerakan yang kontekstual.

1

Dengan kata lain, gerakan dakwah itu tidak lepas dari determinasi waktu. Namun demikian nilai-nilai sebuah gerakan karena sosialisasi yang luas dan terbuka mungkin muncul pada waktu dan tempat yang berbeda. Oleh karena itu untuk melihat sebuah gerakan dan aksi pemikiran yang merupakan aktualisasi dari tafsiran sebuah nilai normatif perlu dilihat pula perjalanan sejarah gerakan yang mengangkat Islam di muka bumi.

Pemihakan yang berlebihan terhadap sebuah gerakan yang tidak lepas dari kontinum waktu akan menyebabkan mandeknya berpikir dan pengkulturan sehingga suatu saat tidak tahan lagi terhadap arus perubahan zaman. Dengan demikian sebelum berdakwah itu benahi dulu keperbadian dengan kuat, dan pahami dulu penomena yang terjadi dan sistem atau metode dakwah yang baik, dimana dakwah kita mudah diterima oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah yang kamu uraikan banyak sekali yang muncul mulai dari masalah kepribadian dan dakwah, juga beberapa tantangan dakwah di era globalisasi dan bagaimana cara mengantisipasinya. Dengan demikian kami menghasilkan beberapa rumusan masalahnya, yaitu:

1. Bagimana urgensi kepribadian islami?

2. Apa saja yang menjadi ruang lingkup kepribadian islami?

3. Bagimana pengertian dakwah?

4. Bagaimana tantangan dakwah dalam islam?

5. Apa tujuan dakwah dalam islam?

C. Batasan masalah

Dengan dirumuskannya beberapa permalahan yang penting dalam makalah yang kami susun, supanya pembaca memahami permasalahan yang kami bahas, maka batasan masalahnya, sebagai berikut:

1. Manusia dilahirkan kedunia dengan keadan fitrah bukan bererti kefitrahan tersebut biarkan, tetapi kita menjaganya dan mengembangkannya secara islami. Dan yang diajarkan dalam islam itu meruakan hal yang bersifat normatif, tetapi bukan normatif saja tetapi dengan aplikasinya dan bagaimana pelaksanaannya yang baik dan benar sehingga mendapat ridho Allah.

2. Yang menjadi ruang lingkup kepribadian islam itu, yaitu:

a) Ruhiyah

b) Fiqiyah

c) Dan amaliah

3. Pengertian dakwah secara etimologis yaitu kata da’wah secara bahasa berasal dari kata da’a- yad’u- da’wah yang berati mengajak dan menyeru. Sedangkan secara istilah menurut Endang Saepudin Anshari mengemukakan kata dakwah secara terbatas yaitu menyamapaikan ajaran kepada manusia secara lisan, tulisan atau pun perbuatan. Menurut Tha Yahya Oemar dakwah yaitu mengajak manusi dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk masalah kemasalahatan dan kebahagian manusia dunia dan akhirat.

4. Tantangan dakwah dalam islam yaitu:

a) Dakwah diera teknologi dan informasi

b) Dakwah di Masyarakat Dunia

c) Problematika Dakwah Masa Kini

5. Tujuan dakwah dalam islam yaitu:

a) Membangun kembali identitas islam pada masyarakat muslim yang tercermin dalam keyakinan dan keperbadian sebagai individu muslim.

b) Merankai unsur-unsur persatuan, persaudaraan dan kekuatan islam membangun Ummatan Wahidah.

c) Mengkokohkan fitrah dan syariat islam dalam semua sistem kehidupan umat untuk melahirkan Khairu Ummah.

d) Mengembalikan peran umat sebagai guru dunia dan mercusuar peradaban umat manusia sehingga islam menjadi Rahmatan Lillalamin.

D. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ini terdiri dari tiga bab, yiatu mulai dari bab satu, bab dua dan bab tiga, dimana diawali dengan kata pengantar, daftar pustaka;

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Batasan Masalah

D. Sistematika Penulisan

BAB II ISI

A. Kepribadian Muslim

B. Urgensi Kepribadian Islami

C. Ruang Lingkung Kepribadian Islami

D. Tujuan Dakwah Dalam Islam

E. Tujuan dan Sasaran Dakwah Dalam Islam

F. Tantangan Dakwah Dalam Islam

G. Menjawab Tantangan Dakwah Global

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

ISI

A. Kepribadian Muslim

Definisi kepribadian secara umum secara bahasa kepribadian atau personally, berasal dari bahasa latin, yaitu per dan sonare yang artinya topeng dan berasal dari personal yang artinya sandiwara. Sedangkan secara istilah ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang kepribadian, menurut R.S. Wood Woorf. H. dan D.G. Marquis kepribadian atau personally ialah keseluruhan kualitet dari tingkah laku individu. Adapun Gordon Allpont menyatakan, kepribadian ialah suatu organisasi yang dinamis daripada tata susunan jasmani yang menentukan penyesuaian dirinya yang baik dengan lingkungan.

1. Definisi Kepribadian Muslim

Pendidikan Islam sangat mempengaruhi bahkan dominan dalam proses pembentukan sikap pribadi muslim. Bagi seorang muslim, ajaran-ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syri’ah (ibadah dan muamalah) dan akhlak, akan memberikan warna terhadap keseluruhan kualkitas Islami, seperti cara dan corak berfikir Islam, cara bertindak Islam dan falsafah hidupnya juga Islam. Firman Allah dalam Al-Qur’an.

5

* }§øŠ©9 §ŽÉ9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr Ÿ@t6Ï% É-ÎŽô³yJø9$# É>̍øóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿ÍhÎ;¨Z9$#ur tA#uäur tA$yJø9$# 4n?tã ¾ÏmÎm6ãm ÍrsŒ 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur Îûur ÅU$s%Ìh9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4qŸ2¨9$# šcqèùqßJø9$#ur öNÏdÏôgyèÎ/ #sŒÎ) (#rßyg»tã ( tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur Îû Ïä!$yù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# (#qè%y|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)­GßJø9$# ÇÊÐÐÈ

Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.

2. Aspek Kekuatan dan Proses Pembentukan Kepribadian Muslim

a. Aspek Kekuatan dan Proses Kejasmanian

Aspek dan kekuatan tersebut merupakan tahap atau proses awal untuk pembentukan kepribadian. Karena itulah, aspek dan kekuatan jasmaniah ini bisa dikembangkan dengan cara membiasakan atau habition, seperti membiasakan latihan-latihan: latihan berbicara, latihan duduk, latihan mendengarkan yang sedang azan, latihan membaca Al-quran, dan dituntun membiasakan perbuatan baik dan terpuji. Semua ajaran Islam harus diberikan secara pembiasaan atau latihan. Proses pembiasaan harus berjalan.

b. Aspek Kekuatan dan Keruhanian

Aspek ini sangat mendorong kepada karsa, rasa, dan cita. Seperti berfikir, berkhayal, beremosi yang berguna untuk melanjutkan tahapan berikutnya yang sudah dimiliki yaitu pembiasaan, pembentukan kepribadian muslim, telah menggunakan pembentukan pengertian, sikap dan minat. Kalau pada tahap pertama baru merupakan pembentukan kebiasaan-kebiasaan, maka pada tahap kedua ini berilah pengetahuan dan pengertian mengenai ilmu-ilmu dan teori-teori dari hasil praktek di lapangan, mula-mula diamati, lalu ditanggapi, selanjutnya berfikir memberi pengertian, memutuskan, dan terakhir menyimpulkan.

c. Aspek Kekuatan dan Keruhanian yang Luhur

Ini lebih abstrak dari aspek yang kedua (keruhanian), kekuatannya memungkinkan seseorang berhubungan dengan hal-hal yang ghaib dan memungkinkan manusia berhubungan dengan yang Maha Agung. Aspek terakhir ini merupakan proses awal mengenal pada yang bersifat lebih abstrak atau yang ghaib dan diluar jangkauan berfikir sudah menggunakan nadar hati kepada keyakinan (ma’rifatullah). Dalam berbagai kegiatan selalu dikoordinir dengan hati yang bersih (qolbun salim). Inilah kemudian yang kita sebut bahwa manusia secara fitrah mengalami proses kehidupan tingkat demi tingkat.

3. Karakteristik Muslim Sejati

Hasan Al-Banna merumuskan karakteristik muslim yang dibentuk di dalam Madrasah Tarbawi, karakteristik ini seharusnya menjadi ciri dalam diri seseorang yang mengaku sebagai Muslim sehingga membedakan mana yang merupakan sifat-sifat khusus, karakter ini menurut Hasan Al-Banna merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat Islam maupun tegaknya sistem Islam di muka bumi serta menjadi soko guru peradaban dunia.

a. Salimul Aqidah, bersih aqidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik.

b. Sahihul Ibadah, benar ibadahnya menurut al-Quran dan As-sunah serta terjauh dari segala bid’ah yang dapat menyesatkannya.

c. Matinul Khuluq, mulia akhlkaknya sehingga dapat menunjukan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

d. Qowiyul Jismi, kuat fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah dari Allah SWT.

e. Mutsaqoqul Fikri, luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi di sekitarnya.

f. Qodirun alal kasbi, mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

g. Mujahidun linafsihi, bersungguh-sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian yang berdampak baik pada dirinya atau yang lain.

h. Haritsun ala waqtihi, efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan walau sedikitpun karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.

i. Munazom fi su’nihi, tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dan cara yang benar.

j. Nafi’un li ghoirihi, bermanfaat bagi orang lain sehingga menjadikannya seorang yang bermanfaat dan dibutuhkan keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan ketiadaannya menjadi kerinduan pada orang lain.

Dalam hal ini, faktor keluarga dan lingkungan sekitar amat berpengaruh bagi berlangsungnnya proses pembentukan kepribadian sehingga perlu adanya penjagaan dan perhatian khusus dari orangtua terhadap putra-putrinya. Jadi jelaslah bahwa dengan sebab eksistensi fitrah manusia kalau diarahkan atau diusahakan melalui pendidikan Islam (ajaran-ajaran Islam) akan berakibat (menghasilkan) pembentukan kepribadian muslim.

B. Urgensi Kepribadian Islami

Menjadi pribadi yang Islami merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam agama Islam. Hal ini karena Islam itu tidak hanya ajaran normatif yang hanya diyakini dan dipahami tanpa diwujudkan dalam kehidupan nyata, tapi Islam memadukan dua hal antara keyakinan dan aplikasi, antara norma dan perbuatan , antara keimanan dan amal saleh. Oleh sebab itulah ajaran yang diyakini dalam Islam harus tercermin dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan sikap pribadi-pribadi muslim.

Memang, setiap jiwa yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Tapi bukan berarti kesucian dari lahir itu meniadakan upaya untuk membangun dan menjaganya, justru karena telah diawali dengan fitrah itulah, jiwa tersebut harus dijaga dan dirawat kesuciannya dan selanjutnya dibangun agar menjadi pribadi yang islami.

C. Ruang Lingkung Kepribadian Islami

Sisi yang harus dibangun pada pribadi muslim adalah sebagai berikut:

1. Ruhiyah (Ma’nawiyah)

Aspek ruhiyah adalah aspek yang harus mendapatkan perhatian khusus oleh setiap muslim. Sebab ruhiyah menjadi motor utama sisi lainnya, hal ini bisa kita simak dalam firman Allah SWT di Surat Asy-Syams : 7-10

<§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ

Artinya: Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh sangat merugi orang yang mensucikannya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya,” (QS. Asy Syams: 7-10).

Dan dalam surat Al Hadid ayat 16:

* öNs9r& Èbù'tƒ tûïÏ%©#Ï9 (#þqãZtB#uä br& yìt±øƒrB öNåkæ5qè=è% ̍ò2Ï%Î! «!$# $tBur tAttR z`ÏB Èd,ptø:$# Ÿwur (#qçRqä3tƒ tûïÏ%©!$%x. (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# `ÏB ã@ö6s% tA$sÜsù ãNÍköŽn=tã ßtBF{$# ôM|¡s)sù öNåkæ5qè=è% ( ׎ÏWx.ur öNåk÷]ÏiB šcqà)Å¡»sù ÇÊÏÈ

Artinya: Belumkah datang waktunya untuk orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka berdzikir kepada Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab di dalamnya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik ” QS. Al-Hadid:16).

Ayat-ayat di atas memberikan pelajaran kepada kita akan pentingnya untuk senantiasa menjaga ruhiyah, kerugian yang besar bagi orang yang mengotorinya dan peringatan keras agar kita meninggalkan amalan yang bisa mengeraskan hati. Bahkan tarbiyah ruhiyah adalah dasar dari seluruh bentuk tarbiyah, menjadi pendorong untuk beramal saleh dan dia juga memperkokoh jiwa manusia dalam menyikapi berbagai problematika kehidupan.

Aspek-aspek yang sangat terkait dengan ma’nawiyah seseorang adalah:

a. Aspek Aqidah. Ruhiyah yang baik akan melahirkan aqidah yang lurus dan kokoh, dan sebaliknya ruhiyah yang lemah bisa menyebabkan lemahnya aqidah. Padahal aqidah adalah suatu keyakinan yang akan mewarnai sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu kalau ingin aqidahnya terbangun dengan baik maka ruhiyahnya harus dikokohkan. Jadi ruhiyah menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim karena dia akan mempengaruhi bangunan aqidahnya.

b. Aspek akhlaq. Akhlaq adalah bukti tingkah laku dari nilai yang diyakini seseorang. Akhlaq merupakan bagian penting dari keimanan. Akhlaq juga salah satu tolok ukur kesempurnaan iman seseorang. Terawatnya ruhiyah akan membuahkan bagusnya akhlaq seseorang. Allah swt dalam beberapa ayat senantiasa menggandengkan antara iman dengan berbuat baik. Rasulullah saw pun ketika ditanya tentang siapakah yang paling baik imannya ternyata jawab Rasulullah saw adalah yang baik akhlaqnya (”ahsanuhum khuluqan”)

أي المؤمنين افضل إيمانا ؟ قال احسنهم خلقا. رواه ابو داود والترمذى والنسائ والحاكم.

Artinya :Mukmin mana yang paling baik imannya? Jawab Rasulullah ” yang paling baik akhlaqnya” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i)

Bahkan diutusnya Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- pun untuk menyempurnakan akhlaq manusia sehingga menjadi akhlaq yang islami

َ إًَِنما بعثت لأتمم مكا رم الأخلاق

Tolok ukur dan patokan baik dan tidaknya akhlaq adalah al-Qur’an. Itulah sebabnya akhlaq keseharian Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- merupakan cerminan dari Al-Qur’an yang beliau yakini. Hal ini terbukti dari jawaban Aisyah ra ketika ditanya tentang bagaimana akhlaq Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- , jawab beliau “Akhlaq Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- adalah al-Qur’an.

كان خلقه القرآن

c. Aspek tingkah laku. Tingkah laku adalah cerminan dari akhlaq yang melekat pada diri seseorang.

2. Fikriyah (’Aqliyah)

Kepribadian Islami juga ditentukan oleh sejauh mana kokoh dan tidaknya aspek fikriyah. Kejernihan fikrah, kekuatan akal seseorang akan memunculkan amalan, kreativitas dan akan lebih dirasa daya manfaat seseorang untuk orang lain. Fikrah yang dimaksud meliputi:

a. Wawasan keislaman. Sebagai seorang muslim menjadi keniscayaan bagi dia untuk memperluas wawasan keislaman. Sebab dengan wawasan keislaman akan memperkokoh keyakinan keimanan dan daya manfaat diri untuk orang lain.

b. Pola pikir islami. Pola pikir islami juga harus dibangun dalam diri seorang muslim. Semua alur berpikir seorang muslim harus mengarah dan bersumber pada satu sumber yaitu kebenaran dari Allah swt. Islam sangat menghargai kerja pikir ummatnya. Di dalam al-Qur’an pun sering kita jumpai ayat ayat yang menganjurkan untuk berpikir: “afala ta’qiluun, afala tatafakkaruun, la’allakum ta’qiluun, la’allakum tadzakkaruun,”

افلا تعقلون ,أفلا تذكرون, افلا تتفكرون, لعلكم تعقلون,لعلكم تذكرون

Seorang muslim harus senantiasa menggunakan daya pikirnya. Allah mewujudkan fenomena alam untuk dipikirkan, beraneka macamnya tingkah laku manusia sampai adanya aneka pemikiran dan pemahaman manusia hendaknya menjadi pemikiran seorang muslim. Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa tujuan berpikir tidak lain adalah untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah –subhânahu wa ta`âlâ- bukan sebaliknya.

c. Disiplin (tepat) dan tetap (tsabat) dalam berislam. Sungguh kehidupan ini tidak terlepas dari ujian, rintangan dan tantangan serta hambatan. Ujian tersebut tidak akan berakhir sebelum nafasnya berakhir. Oleh sebab itulah untuk menghadapinya perlu tsabat dalam berpegang pada syariat Allah swt.

ôç6ôã$#ur y7­/u 4Ó®Lym y7uÏ?ù'tƒ ÚúüÉ)uø9$# ÇÒÒÈ

Artinya: dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)

Di surat Ali Imran: 102 Allah SWT menjelaskan,

#sŒÎ)ur |MZä. öNÍkŽÏù |MôJs%r'sù ãNßgs9 no4qn=¢Á9$# öNà)tFù=sù ×pxÿͬ!$sÛ Nåk÷]ÏiB y7tè¨B (#ÿrääzù'uø9ur öNåktJysÎ=ór& #sŒÎ*sù (#rßyÚy (#qçRqä3uŠù=sù `ÏB öNà6ͬ!#uur ÏNù'tGø9ur îpxÿͬ!$sÛ 2t÷zé& óOs9 (#q=|Áム(#q=|Áãù=sù y7yètB (#räè{ù'uŠø9ur öNèduõÏn öNåktJysÎ=ór&ur 3 ¨Šur z`ƒÏ%©!$# (#rãxÿx. öqs9 šcqè=àÿøós? ô`tã öNä3ÏFysÎ=ór& ö/ä3ÏGyèÏGøBr&ur tbqè=ÏJuŠsù Nà6øn=tæ \'s#ø¨B ZoyÏnºur 4 Ÿwur yy$oYã_ öNà6øn=tã bÎ) tb%x. öNä3Î/ ]Œr& `ÏiB @sܨB ÷rr& NçFZä. #ÓyÌö¨B br& (#þqãèŸÒs? öNä3tGysÎ=ór& ( (#räè{ur öNä.uõÏn 3 ¨bÎ) ©!$# £tãr& tûï̍Ïÿ»s3ù=Ï9 $\/#xtã $YYÎgB ÇÊÉËÈ

Artinya: Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.

Begitu pentingnya tsabat dijalan Allah, sampai Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- mengajarkan do’a kepada ummatnya, sebagai berikut:

اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك (رواه الترمذى)

Artinya : Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hati-hati kami untuk tetap berada pada agamaMu “

3. Amaliyah (Harokiyah)

Di antara sisi yang harus dibangun pada pribadi muslim adalah sisi amaliyahnya. Amaliyah harakiah yang merubah kehidupan seorang mukmin menjadi lebih baik. Hal ini penting sebab amaliyah adalah satu di antara tiga tuntutan iman dan Islam seseorang. Tiga tuntutan tersebut adalah: al-iqror bil- lisan (ikrar dengan lisan), at-tashdiq bil-qalb ( meyakini dengan hati), dan al-amal bil jawarih (beramal dengan seluruh anggota badan). Jadi tidak cukup seseorang menyatakan beriman tanpa mewujudkan apa yang diyakininya dalam bentuk amal yang nyata.

Artinya :Maka katakanlah “beramallah kamu niscaya Allah dan RasulNya serta orang-orang beriman akan melihat amalanmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. at-Taubah: 105)

Umat Islam dituntut oleh Allah SWT untuk menunaikan sejumlah amal, baik yang bersifat individual maupun yang kolektif bahkan kewajiban yang sistemik. Kewajiban individual akan lebih khusyu’ dan lebih baik pelaksanaannya jika ditunjang dengan sistem yang kondusif. Shalat, puasa , zakat dan haji misalnya akan lebih baik dan lebih khusyu’ kalau dilaksanakan di tengah suasana yang aman tenteram dan kondusif. Apalagi kewajiban yang bersifat sistemik seperti dakwah, amar ma’ruf nahi mungkar, jihad dsb, mutlak memerlukan ketersediaan perangkat sistem yang memungkinkan terlaksananya amal tersebut.

Pentingnya amaliyah harakiah dalam kehidupan seorang mukmin laksana air. Semakin banyak air bergerak dan mengalir semakin jernih dan semakin sehat air tersebut. Demikian juga seorang muslim semakin banyak amal baiknya, akan semakin banyak daya untuk membersihkan dirinya, sebab amalan yang baik bisa menjadi penghapus dosa. Simaklah QS. Huud: 114

Artinya: Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam, sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan yang buruk (dosa), itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. Huud: 114)

Ada sedikitnya tiga alasan kenapa seorang harus beramal:

1. Kewajiban diri pribadi.

Sebagai hamba Allah tentunya harus menyadari bahwa dirinya diciptakan bukan untuk hal yang sia-sia. Baik jin dan manusia Allah ciptakan untuk tujuan yang amat mulia yaitu untuk beribadah, menghamba kepada Allah –subhânahu wa ta`âlâ-. Amalan adalah bentuk refleksi dari rasa penghambaan diri kepada Dzat yang mencipta.

Artinya: Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah (QS. Adz Dzaariyaat: 56)

Di samping itu pertanggungjawaban di depan mahkamah Allah nanti bersifat individu. Setiap individu akan merasakan balasan amalan diri pribadinya.

Artinya: Dan bahwasanya manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” (QS. an-Najm: 39-41).

2. Kewajiban terhadap keluarga.

Keluarga adalah lapisan kedua dalam pembentukan ummat. Lapisan ini akan memiliki pengaruh yang kuat baik dan rusaknya sebuah ummat. Oleh sebab itulah seseorang dituntut untuk beramal karena terkait dengan kewajiban dia membentuk keluarga yang Islami, sebab tidak akan terbentuk masyarakat yang baik tanpa melalui pembentukan keluarga yang baik dan islami.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu (QS. At-Tahrim :6)

Setiap muslim seharusnya mampu membentuk keluarga yang berkhidmat untuk Islam, seluruh anggota keluarga terlibat dalam amal islami di seluruh bidang kehidupan.

3. Kewajiban terhadap dakwah.

Beramal haraki bagi seorang muslim bukan hanya atas tuntutan kewajiban diri dan keluarganya saja, akan tetapi juga karena tuntutan dakwah. Islam tidak hanya menuntut seseorang saleh secara individu tapi juga saleh secara sosial.

Artinya: dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah:71)

Artinya: dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)

Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Juga di dalam surat Fushshilat ayat 33:

Artinya: siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri? (QS. Fushshilat: 33)

Allahu a’lam.

Oleh : Team Kajian Manhaj Tarbiyyah Dakwatuna.

Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim.

1. Salimul Aqidah



Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah



Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq



Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).

4. Qowiyyul Jismi



Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikri



Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

6. Mujahadatul Linafsihi



Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.

Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).


7. Harishun Ala Waqtihi



Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.
Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi



Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun Alal Kasbi



Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi



Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

D. Pengertian Dakwah dalam Islam

Pengertian dakwah secara etimologis yaitu kata da’wah secara bahasa berasal dari kata da’a- yad’u- da’wah yang berati mengajak dan menyeru. Sedangkan secara istilah, para ulama mendepinsikan yang berbeda-beda kata da’wah itu sendiri. Diantaranya Endang Saepudin Anshari mengemukakan kata dakwah secara terbatas yaitu yaitu menyampaikan ajaran kepada manusia secara lisan, tulisan atau pun perbuatan. Menurut Tha Yahya Oemar dakwah yaitu mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk masalah kemasalahatan dan kebahagian manusia dunia dan akhirat.

Dari definisi di atas jelas kepada kita bahwa dakwah itu merupakan ajakan kepada manusia untuk dapat melaksankan perintah Allah SWT danmenjauhi segala larangannya, yang dimana lebih khususnya yaitu harus bertaqwa, sehingga terbentuk masyarakat yang islami yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dengan demikian dakwah berarti pembentukan individu, pembinaan umat, dan pembangunan masyarakat, karena dengan dakwah merubah hal yang negatif menjadi hal yang positif. Dengan demikian kegiatan dakwah pun sudah dilaksanakan semenjak zaman Rosull SAW sebagaimana tujuan diutus Rosull Rosull SAW di utus kedunia ini untuk:

1. Mensucikan kepercayaan dari segala kecenasan dan kepalsuan.

2. Mengatur dan memperbaiki amal usaha, iabdah, dan muamalah baik mengenai urusan perorangan maupun masyarakat.

3. Menyempurnakan budi pekerti.

4. Memberi petunjuk dan hidayah dan pada jalan keselamatan dunia dan akhirat.

E. Tujuan dan Sasaran Dakwah Dalam Islam

Dalam melakukan segala sesuatu, agar mendapatkan hasil yang baik tentunya harus mempunyai tujuan, dan gar kegiatan yang kita lakukan itu ada batasannya. Dengan demikian dakwah dalam islam pun harus mempunyai tujuan. Secara umum tujuan dakwah dalam islam dirumuskan sebagai berikut:

1. Membangun kembali identitas islam pada masyarakat muslim yang tercermin dalam keyakinan dan keperbadian sebagai individu muslim.

2. Merangkai unsur-unsur persatuan, persaudaraan dan kekuatan islam membangun Ummatan Wahidah.

3. Mengkokohkan fitrah dan syariat islam dalam semua sistem kehidupan umat untuk melahirkan Khairu Ummah.

4. Mengembalikan peran umat sebagai guru dunia dan mercusuar peradaban umat manusia sehingga islam menjadi Rahmatan Lillalamin.

Tujuan-tujuan besar ini, tentunya baru dapat diraih manakala sasaran-sasaran yang lebih oprasional bisa diwujudkan. Dimana sasaran-sasaran dakwah dalam islam yang perlu diperhatikan adalah, sebagai berikut:

1. Terbangunnya kesadaran dan pemahaman islam secara meluas ditengah-tengah masyarakat melalui jalan pendidikan, pengajaran dan media masa.

2. Terbnguannya intuisi keluarga islami di tengah masyarakat muslim yang berperan sebagai madrah pencetak generasi islam dan pebentukan masyarakat islami.

3. Berkembangnya pemikiran budaya islami yang mewarnai berbagai gerak kehidupan masyarakat secara kolektif.

4. Berkembangnya berbagai insfraktutur dan intuisi yang bekerja berdasarkan prinsip-prinsip ajaran agama islam, termasuk interaksi manusianya.

5. Terbangunnya iklim persaudaraan dan kerjasama antar unsur-unsur umat lainnya.

6. Terbangunnya kekuasaan secara efektif untuk mengembangkan kemaslahatan masyarakat dan melihatnya dari berbagai bentuk kerusakan yang mengancamnya.

7. Terbanngunnya ruh persaudaraan islamai dan kerjasama di berbagai bidang untuk memajukan perdaban-perdaban dinegeri muslim.

8. Kokohnya eksistensi dan peran dunia islam dalam percaturan peradaban gelobal.

Dengan dikembangkannnya tujuan-tujuan tersebut dalam kegiatan dakwah dalam islam akan semakin berkembang dan kuat dunia islam itu dalam persaingan dan mempertahankan diri islam itu sender dari berbagai serangan hal yang negatif dari dunia global yang semakin flural dan bebas, yang kapapun kalau kita tidak siap memperthankan integritas islam itu sendiri maka akan terhanyut oleh kebudayaan negatif globalisasi.

F. Tantangan Dakwah Dalam Islam

Dalam kegiatn dakwah itu tidak semudah yang dibayangkan, banyak sekali halangan dan rintangannya dalam melakukan kegiatan dakwah itu sendiri, diantaranya ada beberapa tantangan dakwah, yaitu:

1. Dakwah diera teknologi dan informasi

Dalam kajian ini akan disoroti berbagai bidang yang akan dibahas dan dari segi pemanfaatan teknologi informasi secara khusus untuk penyebaran dakwah dan sekaligus bagian dari upaya kaum muslimin dalam menjawab dan dalam mengkristalisasikan keyakinan bahwa islam adalah jawaban dari segala permasalahan manusia saat ini. Seiring dengan perkembangan teknologi pada saat ini maka dikembangkannya sistem dakwah E- dakwah memiliki konsep yang tidak jauh dari konsep e-mail, e-learning, e-government, e-commerce dan sejenisnya. Kalau e-mail adalah metoda simpan terukannya dari perbuatan, pengiriman dan penerimaan, juga penyimpanan pesan menggunakan sistem kominikasi elektronik jaringan atau internet. E-government adalah penggunaan teknologi internet sebagai landasan dalam pertukaran data, penyediaanl layanan dan teransaski kepada warga negara, pembisnis atau tangan pemerintah yang lain. E disini melibatkan cara, rage/ jarak/ geofarcial position, sebuah sistema tau insprastruktur. Maka e-dakwah kurang lebih adalah proses pengajaran, pembelajran, penyampaian suatu informasi/pesan berkaitan dengan dunia islam dengan harapan orang yang diberikan informasi / pesan berkaiatan dengan dunia islam dengan harapan orang yang diberikan informasi tersebut menjadi tertarik bahkan bisa bergabung kedalam barisan dunia muslimin. Oleh karena itu informasi yang dasampaikan oleh e-dakwah harus bersifat valid, terpercaya bukan sebuah fitnah, bersifat konstruktif, membuka dan memperdalam wawasan, terbuka untuk didiskusikan dan tidak mengandung unsure-unsur lain yang dapat merusak makna dakwah itu sendiri.

E-dakwah ini akan terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu , teknologi dan pengetahuan manusia, seirng dengan meningkanya kebutuhan dakwah islam kepada manusia, seiring dengan kebutuhan manusia itu sendiri semakin meningkat, dan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan islam itu sendiri.

2. Dakwah di Masyarakat Dunia

Banyak sekali tantangan dakwah dalam menyampaikan dakwah kepada umat manusia sedunia atau dakwah pada dunia tanpa analisa dan perencanaan terlbih dahulu. Untuk menyampaikan dakwah pada dunia pertama kita harus dikenal dulu oleh masyarakat dunia dan sebagai ornag yang dipercaya dan berpengaruh pada dunia, baru akan memberikan jalan lebih mudah kepada kita untuk melakukan dakwah pada dunia, dan selainitu faktor yangpaling pentinga adalah memperkuat diri tentang konsep keislaman yang baik dan kaffah. Dalam menyampaikandakwah pada dunia kita boleh mencontoh gaya dakwah pada zaman dahulu dimana kita muncul di atas orang-orang barat, dimana orang jaman dulu juga menjadi pionir di negeri barat mislanya dengan munculnya cendikiawan-cendikiawan dari umat islam. begitupun dengan sekarang kita harus muncul di dunia mereka agar meraka bisa melihat kita dan kita bisa menyampaikan dakwah kepada meraka. Dan sekaranga ini islam itu sudah mengglobal sebab sekarang islam itu merupakan agama yang universal dan semakin kuat secara jumlahnya diseluruh dunia mulai dari kutub utara sampai kutub selatan. Dan banyak pengaruh positif yang dimana semakin banyaknya orang memiliki minat mempelajari islam yang benar.

3. Problematika Dakwah Masa Kini

Ada beberapa pendpat bahwa dakwah itu hukumnya fardu kifayah dengn menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para dai dan mubaligh. Aratinya apabila pada suatu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah maka dakwah pada wktu itu hukumnya fardu kifayah. Tetapi jika dalam suatu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah SWT. Dengan demikian dakwah itu merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaan sesuai dengan kemampuan dan kondisi di lapangan. Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang tidak boleh kita lewatkan begitu saja dalam artian kita harus menggunkannya sebagai media dakwah. Kita juga harus mencegah dan mengantisifasi dengan memperkuat tentang aqidah yang berpadukan dengan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemulyaan islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan segala fasilitiasnya sehingga kita melupakan apa yang diperintahakan dan dilarang oleh Allah SWT. Dan kelemahan umat islam itu ketertingalan dalam mengakses setiap informasi dari waktu kewaktu yang terus semakin berkembang.

Berdasarkan faktor-faktor diatas agar problematika dakwah tidak semakin kuat dan semakin berlarut-larut. Perlu segera dicarikan jalankeluar darikemulut persoalan yang dihdadapi itu, sebagaimana Prof. Dr. H. M. Amien Rais, M.A, agar dakwah islam itu tetap relevan, efektif dan efesien, harus:

1. Adanya pengkaderan serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pemabagian kerja yang rapi. Tidak cukup ilmu tabligh saja untuk mendukung proses dakwah melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi dan informasi yang paling mutakhir.

2. Setiap organisasi islam berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membuat laboratorium dakwah. Dengan adanya laboratorium ini dapat mengetahui masalah-masalah ril di lapangan, agar jelas apa yang harus kita lakukan.

3. Proses dakwah tidak hanya terbatas dakwah dengan lisan, tetapi harus diperluas dengan dakwah berupa peraktek langsung, bil-hikmah, bil-istishadiah. Kalau dalam bahasa inggrisnya Action, Speak louder, Than word.

4. Media masa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektonik yang bisa menjadi wahana dan sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat islam.

5. Merebut remaja islam indonesi adalah tugas dakwah islam jangka panjang. Anak-anak remaja kita masa kini merupakan asset yang tidak ternilai dimasa yang akan dating. Mereka harus dibentengi dari sekarang dengan akidah yang kuat serta keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

G. Menjawab Tantangan Dakwah Global



World Islamic Call Society (WICS) – sebuah lembaga dakwah yang didirikan Libya tahun 1972 – di penghujung Oktober lalu menggelar Konferensi Umum Dakwah Islamiyah ke-8. Perhelatan akbar yang mempertemukan 460 organisasi massa Islam dari 120 negara pada 27-30 Oktober 2008 itu membahas beragam hal seputar tantangan dakwah di era global. Berikut ini laporan wartawan Republika, Heri Ruslan, yang hadir dalam pertemuan itu.Kalimat takbir menggema di auditorium Dhat Al-Emad menandai dibukanya pertemuan akbar Konferensi Umum Dakwah Islamiyah ke-8. Disebut akbar, karena pertemuan ini dihadiri 550 cendekiawan Muslim dari 120 negara dan digelar setiap empat tahun sekali. Kali ini konferensi dibuka oleh putera pemimpin Libya, Dr Muhammad Qaddafi.Konferensi Umum Dakwah Islamiyah ke-8 itu mengusung tema “Sesungguhnya Agama yang Diridhai Allah adalah Islam”. Sebuah tema yang mencoba meyakinkan kembali kesadaran umat Islam bahwa Islam-lah agama yang paling benar. Tema yang dibuat untuk menyadarkan bahwa saat ini tengah berkembang paham sekuler-liberal yang kerap mempropagandakan bahwa semua agama adalah sama baiknya.“Sejak konferensi ini digelar pertama kali pada tahun 1970, World Islamic Call Society (WICS) selalu menerapkan ajaran Alquran dan sunah Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk dan aturan,” ungkap Sekretaris Jenderal WISC, Dr Mohammad Ahmad Syarif. Menurut Mufti Mesir.

Dengan demikian dakwah dalam islam itu penting dan wajib dimana dakwah merupakan kewajiban setiap individu Muslim. Kapan pun dan di mana pun mereka berada, perkataan dan perbuatannya harus senantiasa bermuatan dakwah. Dalam kegiatan dakwah itu setiap individu harus selalu berakhlak mulia, memberi nasehat dengan bijak, dan berdialog dengan santun. Seiring dengan perkembangan zaman, tantangan dakwah pun semakin kompleks dan diperlukan metode dakwah yang mudah diterima dan tidak menyinggung perasaan kalangan lain.

Sering dikatakan bahwa Islam adalah agama dakwah. Apa yang dimaksud dengan agama dakwah ini. Agama dakwah merupakan agama yang menganjurkan, bahkan mewajibkan pemeluknya untuk menyebarkan kebenaran agama yang dianutnya kepada orang lain. Dalam konteks ini, umat Islam dituntut untuk menyiarkan Islam atau memperkenalkan ajaran-ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Apa hanya sebatas menyampaikan informasi ajaran-ajaran Islam atau boleh lebih dari itu, misalnya memaksa orang memeluk suatu ajaran? Ya, sebatas menyampaikan informasi kebenaran Islam kepada pihak lain. Islam tidak membenarkan pemaksaan atau intimidasi agar seseorang maupun kelompok menganut agama Islam. Hal ini ditegaskan al-Quran. Dalam satu ayat disebutkan bahwa tidak ada pemaksaan dalam beragama karena antara yang benar dan sesat telah jelas seperti yang dijelaskan dalam QS al-Baqarah [2]: 256.

$£Jn=sù Ÿ@|Ásù ßNqä9$sÛ ÏŠqãZàfø9$$Î/ tA$s% žcÎ) ©!$# Nà6Î=tFö6ãB 9ygoYÎ/ `yJsù z>ÎŽŸ° çm÷YÏB }§øŠn=sù ÓÍh_ÏB `tBur öN©9 çmôJyèôÜtƒ ¼çm¯RÎ*sù ûÓÍh_ÏB žwÎ) Ç`tB t$uŽtIøî$# Opsùöäî ¾ÍnÏuÎ/ 4 (#qç/ÎŽ|³sù çm÷YÏB žwÎ) WxŠÎ=s% öNßg÷YÏiB 4 $£Jn=sù ¼çnyur%y` uqèd šúïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB (#qä9$s% Ÿw sps%$sÛ $uZs9 tPöquø9$# |Nqä9$yfÎ/ ¾ÍnÏŠqãZã_ur 4 tA$s% šúïÏ%©!$# šcqZÝàtƒ Nßg¯Rr& (#qà)»n=B «!$# NŸ2 `ÏiB 7pt¤Ïù A's#ŠÎ=s% ôMt7n=xî Zpt¤Ïù OouŽÏWŸ2 ÈbøŒÎ*Î/ «!$# 3 ª!$#ur yìtB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇËÍÒÈ

Artinya: Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. dan Barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, Maka Dia adalah pengikutku." kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama Dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan Kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ada beberapa rambu-rambu dakwah dalam islam yaitu: Larangan pemaksaan agama merupakan salah satu rambu-rambu dalam berdakwah. Aturan lainnya dijelaskan dalam surat an-Nahl ayat 125.

äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Ayat ini memerintahkan umat Islam untuk menjalankan dakwah dengan hikmah, nasihat yang baik, dan debat yang baik pula. Ada yang memahami dakwah bil hikmah dengan perilaku luhur atau akhlak mulia. Ada juga yang memahaminya dengan perkataan lembut dan santun, tapi bisa menghilangkan keraguaan antara yang benar dan yang salah.
Saya kira metote dakwah yang efektif adalah cara berdakwah yang dibangun di atas landasan pertimbangan psikologis dan rasional. Maksudnya, seorang dai (komunikator) terlebih dahulu harus mengetahui kondisi psikologis mutami’in (komunikan/pendengar), frame of reference (kerangka berpikirnya), dan sekaligus memperhatikan field of exprience (lingkup pengalaman hidup).
Benar. Hal ini memperkecil kemungkinan seorang muballigh mempergunakan kata yang menyingkung perasaan atau menggunakan contoh yang dapat tidak dapat dimengerti oleh komunikan sehingga dakwah bisa lebih efektif. Seorang dai dituntut untuk memperhatikan kon¬stituen (komunikan) sebagai obyek dari dakwah Islamiyah itu sendiri. Misalnya, menyampaikan materi dengan bahasa ilmiah sementara pendengarnya berasal dari kalangan awam. Hal ini ini hanya membuang energi dan tujuan dakwah tidak tercapai. Jika metode dakwah antara satu kelompok dengan kelompok yang lain bisa berbeda, maka metode dakwah pada masa lalu dan masa sekarang tentu juga berbeda. Pertama kita harus mengetahui apa dampak globalisasi bagi masyarakat. Minimal ada empat dampak globalisasi. Pertama, meningkatnya budaya baca. Semakin tinggi ekonomi, maka membaca merupakan kebutuhan primer. Kedua, budaya meniru. Meniru apa yang mereka tonton di telivisi seperti cara berpakaian yang pada masa lalu dianggap tabu. Tapi saat ini sudah menjadi biasa karena sering dipertontonkan dalam acara televisi. Ketiga, mengungkung diri. Mereka lebih tertarik menonton acara televisi atau hiburan lainnya di dalam rumah daripada “ngobrol” dengan tetangga. Keempat, budaya blib, yakni memiliki siaran TV atau majalah yang menyuguhkan kegemaran khas masing-masing individu.

Bagi kelompok pertama, metode dakwah efektif adalah dengan menerbitkan buku-buku keislaman berbobot, bukan buku picisan. Tidak hanya mengulas doktrin agama semata, tapi diuraikan kebenaran doktrin agama tersebut secara ilmiah. Peniruan budaya Barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam hendaknya diantisipasi dengan membuat acara televisi yang menampilkan figur-figur ulama. Di sini, para ulama tidak hanya tampil di atas mimbar, tapi juga di layar kaca. Bahkan para ulama harus melek internet untuk memperkenalkan Islam lewat dunia maya. Bagi masyarakat yang mengungkung diri, metode dakwah yang efektif adalah dengan mendatangi mereka ke rumah, bukan mengundang mereka untuk menghadiri pengajian.

Mari kita teladani Rasulullah. Kita tunjukkan dengan perbuatan, bukan perkataan. Kita tunjukkan akhlak karimah saat berinteraksi dengan umat lain. Kita hargai mereka, kita hormati mereka sebagaimana Rasulullah menghargai dan menghormati mereka. Bukankah terhadap jenazah orang Yahudi Rasulullah berdiri untuk menunjukkan rasa hormat! Di sisi lain, kita harus sadar bahwa konsep jihad dalam Islam tidak membenarkan aksi yang menyebabkan orang tidak bersalah disakiti, apalagi sampi meninggal dunia. Bukankah Allah menyatakan bahwa membunuh satu manusia tak berdosa diibaratkan dengan membunuh manusia secara keseluruhan seperti ditegaskan dalam surat al-Maidah (5) ayat 33

$yJ¯RÎ) (#ätÂty_ tûïÏ%©!$# tbqç/Í$ptä ©!$# ¼ã&s!qßuur tböqyèó¡tƒur Îû ÇÚöF{$# #·Š$|¡sù br& (#þqè=­Gs)ム÷rr& (#þqç6¯=|Áム÷rr& yì©Üs)è? óOÎgƒÏ÷ƒr& Nßgè=ã_ör&ur ô`ÏiB A#»n=Åz ÷rr& (#öqxÿYムšÆÏB ÇÚöF{$# 4 šÏ9ºsŒ óOßgs9 Ó÷Åz Îû $u÷R9$# ( óOßgs9ur Îû ÍotÅzFy$# ë>#xtã íOŠÏàtã ÇÌÌÈ

Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam makalah yang kami uraikan di atas menghasilkan beberapa pokok pikiran yang penting kita pahami oleh kita semua, walaupun masih banyak hal-hal lain yang belum kami tuliskan, namun dengan demikian pokok pikiran yang kami uraikan mulai dari kepribadian dalam islam dan tantangan dakwah dalam islam, dengan demikian menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kepribadian berasal dari bahasa latin, yaitu per dan sonare yang artinya topeng dan berasal dari personal yang artinya sandiwara. Sedangkan secara istilah ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang kepribadian, menurut R.S. Wood Woorf. H. dan D.G. Marquis kepribadian atau personally ialah keseluruhan kualitet dari tingkah laku individu. Adapun Gordon Allpont menyatakan, kepribadian ialah suatu organisasi yang dinamis daripada tata susunan jasmani yang menentukan penyesuaian dirinya yang baik dengan lingkungan.

2. Urgensi kepribadian dalam islam sebagai berikut manusia dilahirkan kedunia dengan keadan fitrah bukan bererti kefitrahan tersebut biarkan, tetapi kita menjaganya dan mengembangkannya secara islami. Dan yang diajarkan dalam islam itu meruakan hal yang bersifat normatif, tetapi bukan normative saja tetapi dengan aplikasinya dan bagaimana pelaksanaannya yang baik dan benar sehingga mendapat ridho Allah.

3. Yang menjadi ruang lingkup kepribadian islam itu, yaitu:

a) Ruhiyah

b) Fiqiyah

c) Dan amaliah

4.

32

Pengertian dakwah secara etimologis yaitu kata da’wah secara bahasa berasal dari kata da’a- yad’u- da’wah yang berati mengajak dan menyeru. Sedangkan secara istilah menurut Endang Saepudin Anshari mengemukakan kata dakwah secara terbatas yaitu menyamapaikan ajaran kepada manusia secara lisan, tulisan atau pun perbuatan. Menurut Tha Yahya Oemar dakwah yaitu mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk masalah kemasalahatan dan kebahagian manusia dunia dan akhirat.

5. Tantangan dakwah dalam islam yaitu:

a) Dakwah diera teknologi dan informasi

b) Dakwah di Masyarakat Dunia

c) Problematika Dakwah Masa Kini

6. Tujuan dakwah dalam islam yaitu:

a) Membangun kembali identitas islam pada masyarakat muslim yang tercermin dalam keyakinan dan keperbadian sebagai individu muslim.

b) Merankai unsur-unsur persatuan, persaudaraan dan kekuatan islam membangun Ummatan Wahidah.

c) Mengkokohkan fitrah dan syariat islam dalam semua sistem kehidupan umat untuk melahirkan Khairu Ummah.

d) Mengembalikan peran umat sebagai guru dunia dan mercusuar peradaban umat manusia sehingga islam menjadi Rahmatan Lillalamin.

Itulah kesimpulan dalam makalah yang kami uraikan mudah-mudahan dapat kita pahami, dan bermanpaat bagi pemabaca semuanya.

B. Saran

Jadi dalam melakukan dakwah itu tidak serta merta kita berdakwah saja tidak memakai aturan tetapi kita pertama-tama harus meningkatkan kepribadian islam kita dengan baik dan benar sesuai dengan syariat islam sehingga terbentuk kepribadian yang islami. Setelah itu kita harus memahami bagiamana cara melakukan dakwah dan sistemnya dengan baik, dan dakwah dijaman sekarang harus mengikuti perkembangan dalam bidang IPTEKnya.

Adapun dalam makalah ini masih banyak kekurangannya, tetapi saya berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami umumnya bagi pemabaca semuanya. Kekurangan dalam makalah ini mulai dari keterbatasan sumber. Dan mudah-mudahan saya lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya. Ammin.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Kajian Manhaj Tarbiyah, (2009), Membangun Kepribadian Islam, [Online]. Tersedia: dakwatuna.com [10 November 2009].

, (2009), Kepribadian Islami, [Online]. Tersedia: www. muwashoffat.com. [ 12 November 2009].

Asep Setiawan, (2009), Gerakan Dakwah di Era Globalisasi, [Online]. Tersedia:http://www.kendaripos.co.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=recommend&id=13155. [ 6 Januari 2007].

KATA PENGANTAR

Bissmilahirrohmanirrohiim,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat taupiq dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kepribadian Dalam Islam dan Tantangan Dakwah di Era Global”. Dalam makalah ini memaparkan mulai dari pengertian kepribadian, urgensi kepribadian dalam islam, ruang lingkup kepribadian dalam islam, pengertian dakwah, tujuan dakwah, sasaran dakwah, tantangan dakwah di era global, dan bagaimana cara menjawab tantangan dakwah di era global. Dimana penyusun sudah berusaha sebaik mungkin dalam menyusun dan menguraikan makalah ini agar pembaca lebih memahami.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, diantaranya:

1. Dosen mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam Jenuri, S.Ag, M.Pd.

2. Semua rekan sebaya yang telah membantu.

3. dan pada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangannya, hal ini karena keterbatasan pada pengetahuan, pengalaman, maupun sumber yang tersedia. Kritik dan saran yang sifatnya membangun kami tunggu supaya lebih baik dalam penyusunan makalah berikutnya. Penyusun mengharapkan agar makalah ini bermanfaat. Ammin.

Bandung, ….November 2009

Penyusun

i


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2

C. Batasan Masalah....................................................................................... 2

D. Sistematika Penulisan............................................................................... 4

BAB II ISI

A. Pengertian Kepribadian............................................................................ 5

B. Urgensi Kepribadian Islami...................................................................... 9

C. Ruang Lingkung Kepribadian Islami....................................................... 9

D. Tujuan Dakwah Dalam Islam.................................................................. 21

E. Tujuan dan Sasaran Dakwah Dalam Islam.............................................. 22

F. Tantangan Dakwah Dalam Islam............................................................ 23

G. Menjawab Tantangan Dakwah Global.................................................... 27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 32

B. Saran........................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA

ii


MAKALAH

SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KEPRIBADIAN DALAM ISLAM DAN TANTANGAN

DAKWAH DI ERA GLOBAL

Diajikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam

Dosen Mata Kuliah : Jenuri, S.Ag, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 12

Wasmana (0701816)

Ucu Nairohimah (0701475)

Yulianti (0702017)

KONSENTRASI BAHASA INDONESIA

SEMESTER V

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS CIBIRU

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2009