Minggu, 14 November 2010


CINTA TERLARANG DI DAERAH LARANGAN

Pertemanan mahasiswa di suatu kampus sudah lama sekali , dimulai dari semester pertama mereka berteman terdiri dari 7 orang salah satunya laki-laki. Laki-laki dari pertemanan mereka terlibat asmara dengan cewek yang namanya Lala . Pada liburan semester ini mereka akan liburan kegunung larangan. Mereka merencanakan liburan sambil ngobrol-ngobrol di kelas.

Sita : gimana merayakan liburan semester sekarang jadi ga?

Alin : ya… jadi lah! Masa ga jadi kan kita bete kalau terus di kampus.

Tara : sambil party-party gitu, kan asik. Eh bentar-bentar tapi kita mau liburan kemana nih?

Deki :gimana kalau kita kemping aja ke gunung deket kampung kakek gue, katanya bagus bgt tuh pemandangannya, gimana?

Sita : boleh juga tuh, gimana yang lain setuju ga? (sambil menoleh teman-teman yang hanya duduk melamun)

Deki : iya temen-temen gimana setuju ga?

(disambut dengan hangatnya oleh Tara sambil mendekat dan menyender pada Deki)

Tara : Iya, Ki, kita party aja habiskan kepenatan kita di sana.

Lala : (menyambut dengan sinisnya) ih biasa-biasa aja kali ga usah pegang-pegang…. Iya sita gue juga setuju-setuju ajalah!

Sita : Eh Lala jangan gitu, setuju ga? Kan jadi ga ada yang terpaksa! Kan tujuannya kita itu mau seneng-seneng disana bukan bete-betean.

Lala : engga sit, ga kepaksa Cuma risih aja liat dia. (sambil menoleh wajah Tara)

Deki : nah gitu donk bybe, itu baru namanya pacar aku (sambil melihat Lala)

Dina : Cie so sweet…. Jadi kepengen ada cowok gue nih.

Tara : Cepet tentuin kapan dan hari apa kita berangkat?

Sita : gimana kalau sabtu lusa. Kan kita dah punya uang, kita gesek dulu dari bokap dan nyokap kita.

Sita : gimana yang lain setuju, ga?

Alin : Low gue setuju-setuju saja lah, kan doku gue On terus gitu. (sambil mengacungkan dompetnya)

( semuanya mengangguk setuju)

Sita : ya jadi berangkat hari sabtu lusa, ya, kalau setuju ketuk palu nih.

(yang lain menyahut iya setuju, bawel banget sih)

Deki : ya udah kalau sudah setuju kita balik aja yu!

Lala : ya udah aku mau ikut Deki aja.

Sita : ia, kita pulang saja, sampai ketemu aja lusa depan di tempat biasa nongkrong, dan perlengkapan bawa saja masing-masing.

(tibalah pada hari Sabtu, mereka semua berkumpul, tapi ada yang masih terlambat Deki, dan Lala)

Tina : gimana sih, si Lala tuh lelet baget. Kaya ga tau jadwal aja, kan kita janji ketemuan jam enam, ini sudah lebih dari tiga puluh menit, belum nongol juga batang hidungnya.

Sita : Din Coba telepon!

Dina :Iya gue telepon, katanya masih dijalan bentar lagi nyampe ko, dia sama si Deki.

Tara : Ya sabar saja lah, yang tau jalannya kan juga cuma si Deki.

(beberapa menit kemudian Deki dan Lala datang)

Deki : Sorry teman tadi macet dijalannya ada mobil yang tabrakan,

Tara : bukannya mobil yang tabrakan, tapi kamu nabrak dulu badan si Lala ya? Pantesan lama.

Lala : Eh… Tara kalau ngomong tuh hati-hati, jangan sampai tangan gue yang nabrak wajah loe, emangnya badan loe suka ditabrakin siapa saja, yang penting ada jamurnya. Ha..ha… ( sambil tersenyum sisnis).

Tara : diam lo….

Sita : udah-udah ko jadi ribut kan kita itu mau liburan bukan mau debat.

Tina : ayo ah… cepat beres-beres barang kalian nanti terlambat bisnya, kan cuma ada satu.

Deki : Iya cepat teman siap-siap dulu, yang mau beli perlengkapan buat disana belinya disini, soalnya disana itu ga ada supermarket, warung juga jauh baget.

Alin : iya gue lupa mau beli pembalut dulu,

Dina : Iya gue juga ikut Lin sekalian mau beli coklat kesukaan gue, tungguin ya…….

Sita : Iya gue tungguin cepat!

(Teman-temanya menunggu ada juga yang terus beres-beres, beberapa menit kemudian Alin dan Dina datang)

Tina : gimana dah siap?

Alin : udah gue tinggal masukin ini aja.

(beberapa menit kemudian bis yang menuju kampung larangan, yang ada di bawah gunung larang sudah datang)

Sita : cepat bis sudah datang.

(mereka semua sudah naik bis, dan setelah lima jam kemudian mereka sampailah di kampung larangan itu)

Deki : nah kita sudah sampai, kita cari tempat dulu untuk berlindung saja, hari sudah gelap (mereka berjalan kearah perkampungan, menemukanlah sebuah gubuk,)

Alin :teman-teman berteduh saja disana, barangkali nanti disana bisa bertemu warga sekitar.

Tina : iya, kesana yu…., badan ku dah ga kuat lagi nih untuk menopang tasku yang seakan ingin membuatku terpaku di tanah.

(semua temannya mengangguk setuju dengan muka lusuhnya, mereka berjalan dengan lemasnya, seakan kerbau yang habis membajak sawah, sampailah di gubuk itu)

Sita :untuk menghangatkan badan kita buat api saja yu…, Deki cepat cari kayu bakarnya!

Deki : Siap nona-nona.

(ketika Deki mencari kayu bakar Deki heran, menemukan ratusan pemakaman tua , yang dipenuhi lumut dan pepohonan di belakang gubuk itu, dengan gesitnya Deki mencari kayu bakar dan segera kembali ke gubuk itu, sambil ngos-ngosan sembari melotot)

Lala : Kenapa Dek?

Deki : Ga kenapa-kanapa ko! (dengan muka cemas)

Lala : Beneran kamu ga kenapa-napa?

(yang lain pun merasa tidak enak dan seakan sepi sekali, beberapa menit kemudian mereka di takutkan dengan suara kaki seseorang yang terus menjelengking semakin dekat, ketika sudah dekat sekali mereka ketakutan dan merapat ke dinding gubuk, ternyata ada kakek-kakek sudah tua renta menuju gubuk itu ,dan beberapa saat kemudian kakek itu menyapa mereka)

Kakek : jang bade kamarana iyeu teh peuting-peuting eweh kasien?

( Deki balik bertanya pada kakek itu)

Deki : aki punten, tiasa ngiring ngiuhan di saung ieu? Dupi aki namina saha?

Kakek : ngaran akimah ki Santa, didieu mah sok di sebut ki Ata. Ulah jang.. ulah cicing didieu, ieu mah larangan pikeun urang luar kampung ieu, asup ka ieu saung. Di imah aki weh leuleuson hela mah.

Deki :oh muhun atuh ki, hatur nuhun sateacana

(Deki dan teman-temannya menuju rumah kakek itu, sampailah di rumah kakek itu, terjadilah percakapan singkat dengan kakek itu, dan ada istrinya yang sudah setengah baya dan rambut putih dan punggung yang tak lagi tegak, dengan gemetarnya suara seakan menakuti)

Nenek : ari ujang ieu teh bade kamarana?

Sita :mak, kita ini mau liburan di gunung larangan di atas, tapi kemaleman. Jadi mak dan kakek mengijinkan kami istirahat di rumah nenek dan kakek?

Nenek : mangga wae neng, jiga ka saha wae.

(kakeknya menyahut)

Ki santa :ceuk aki mah batal keun niat kemahna, bahaya neng, kamari oge aya anu lengit budak angon , can kapanggih nepi kaayena. Cek bejamah nyusul embe ngencar ka leweung larangan.

Alin : iya kalau begitu jangan kita lanjutkan, kita pulang saja yu?

Tara :Enak saja kamu bilang, kita sudah jauh-jauh, hanya tidur digubuk tua ini, kemudian pulang, mana pestanya? Kamu saja sana yang pulang sendiri. ( dengan wajah marah)

Alin :Ih Tara kok marah-marah gitu sih,kamu denger sendiri kana pa yang dikatakan ki Santa?

Ki santa : akimah teu maksa sok we kumaha hidep, tapi lamun bade kadinya kudu melem menyan bereum heula jeung meli kopi hideung, asupna kudu ti kampung lawang, anu aya belah kaler ti kampung ieu, jadi asupna teu bisa ti samarangan tempat.

(Terjadilah konflik antara yang mau pulang, dengan yang ingin melanjutkan, dengan di tambah yang tidak percaya dengan hal-hal yang mistis)

Deki : kalau menurut gue sih kita lakukan saja apa yang di sarankan Ki santa, kalau kita mau melanjutkan liburan ini.

Sita : kalau gue mah terserah teman-teman saja.

Tara : kalua gue sih setuju saja sama Deki. Ya Deki ya (sambil menatap manisnya)

(api cemburu dalam hati Lala pun membesar)

Lala : gue juga setuju, ya Dek? (sambil mendekati Deki)

Deki : iya malu ah… jangan sekarang. Aku mau buang air kecil dulu di belakang….

(tanpa sepengatahuan Lala, Tara mengikuti Deki, kebelakang)

Tara : Deki tunggu, (Deki terdiam, Tiba-tiba Tara menarik bajunya, dan sekan akan mengatakan sesuatu)

Tara : gue… gue sebenarnya sama loe… (tiba-tiba ada kucing loncat, weong…weong…) eh sialan.

Deki : kenapa kamu?

Tara : engga ayo kita cepat masuk.

(Ketika udah selesai perbincangan dengan ki Santa, maka Deki dan teman-teman dipersilahkan tidur)

Ki Santa :sok ayena mah gera aristirahat heula!

(Ketika jam 2 pagi)

Alin :(menjerit-jerit dan meronta ronta-ronta,mata memerah dan wajah memucat) hiiiii… ehm…. Sia ges ngaganggu aing, aing hanyang ngaroko jeung kopi… roko..roko… kopi…

(Ki Santa dan nenek pun terbangun)

Nenek :aya naon neng ieu teh?

Sita :ini nek………(sambil bergetar)

Ki Santa : cepat ambil air (kemudian Sita mengambil air dari dapur)

Sita : ini ke…..(sambil gemetar)

Ki Santa : (komat-kamit meniup-niup air itu) cepat minumkan!

Alin : urang mah embung nu kieu,haying kopi jeung rokok!

Ki Santa :sok buru gera pangmawakeun kopi jeung rokona!!

(tidak lama kemudian Alin pun langsung merokok cerutu dan minum kopi hitam)

Alin : Lejat sekali….hatur thank you …(kemudian Alin tertidur kembali. satu jam kemudian Alin terbangun dan benar-benar sadar).

Alin : kenapa kalian melihatku seperti itu?

Tara : ah ga papa, pengen aja. Cepet siap-siap! Sudah pagi, sebentar lagi kan kita mau berangkat!

Tina : kita berkemas dulu, yu…..!

(sudah selesai mereka berkemas, dan mereka siap berangkat lalu pamit pada Ki Santa dan nenek Santa)

Semua : terimakasih kek!!… (semuanya bersalaman pada Ki santa)

Ki santa : cek akimah, lamun keukeuh wae erek ka leuweung larangan, wayahna anu ceuk aki kudu dilaksanakeun. Lamun heunteu, bakal aya mamalana.

(wajah mereka ada yang percaya ada juga yang tidak, tetapi akahirnya mereka melanjutkan perjalanannya)

Lagu :

(mereka berjalan menuju hutan itu, kemudian bertemu dengan nenek-nenek yang sedang mencari kayu bakar)

Nenek-nenek : kalian mau kemana??? (suara gemetar)

Tara dan Dina : Kehutan larangan nek, mau berkemah.

Nini Panyanglir: kalau mau kesana lewat jalan ini saja biar dekat, langsung sampai.

(terjadilah beda pendapat antara mereka ada yang mau lewat kampung lawang dan langsung lewat jalan itu, ketika mereka sedang ribut, tak sadar ketika Tina menoleh ke arah nenek itu, nenek itu sudah tidak ada)

Tina : nek! Nek! Nek! (Tina memanggil-manggil nenek itu)

Sita : kenapa Tin? (sambil menepuk pundak Tina)

Tina : Iiituuuu…. Nenek, nenek, nenek……

Tara : kenapa???

Lala :iya… iya…. Nenek itu kemana ya?

Deki : sudah saja, jangan pedulikan dia, cepat kita mau kehutan itu mau lewat jalan ini atau lewat kampung lawang?

(terjadilah perdebatan di antara mereka. Ternyata banyak yang setuju lewat jalan yang disebut nenek itu, karena mereka pikir lebih dekat dan jalannya mudah, mereka berjalan menuju hutan itu)

Lala : Deki istirahat dulu donk, cape nih!!!

Deki : Sebentar lagi saja mungkin sampai, kan enak Bybe kalau sudah sampai istirahatnya juga.

Lala : iya .. iya (sambil muka masam… dan mempercepat jalannya)

Tara : iya cepet saja Deki, Jadi cewe kok cengeng banget sih! Nih kalau jadi cewe tuh kaya aku, cewe yang perkasa.

Sita : perkasa apanya nih?... (sambil tertawa….)

Tara : ya apanya aja, ya dek! ( sambil menoleh ke wajah Deki)

(Lala mengkerutkan wajahnya sambil mempercepat jalannya,… dan mereka asik bercanda, Deki tak sadar, bahwa Lala sudah duluan dan tidak bersama lagi. Munculah wajah cemas pada Deki)

Deki : La….Lala, teman-teman ayo cepat kita susul Si Lala. Sudah duluan. (dengan wajah cemasnya)

Sita : cie… ditinggal bentar saja. Kok gelisah. Kan masih banyak cewek-cewek yang asoy geboy nih dari pada si Lala.

Tina : iya Dek, gue juga kan sama seksi gini!

Deki : sudah jangan bercanda, ayo kita susul saja!!!

(mereka kira-kira sudah satu jam menyusulnya tapi tidak ketemu juga, padahal Lala melihat dan memanggil mereka ketika mereka memanggil, mereka tidak menoleh juga, Lala heran)

Semua :Lala…..lala

Lala : ini aku temen-temen……..

(mereka tidak melihat Lala karena dipengang hantu, si penunggu hutan. dan Lala pun susah untuk berjalan mengikuti mereka, Lala hanya bisa berteriak dan menangis, iniiiiiii aku temen-temen dan Lala pun heran kenapa mereka tidak melihat dia. Lala tidak sadar dibelakangnya dipegang hantu sipenunggu hutan)

Tara : kita istirahat saju dulu yu capek nih barangkali kalau kita diem dulu disini Lala bakalan nyamperin

Sita :Iya gue setuju, kita bikin tenda disini aja, kan disini lumayan enak, dekat dengan sumber air.

Alin :iya nih aku juga sudah lelah!!! Istirahat disini saja ya! (sambil memelas pada Deki dan Sita)

(mereka mendirikan tenda dan istirahat, Deki terus dihantui gelisah dan cemas, dia melamun saja dekat api unggun yang sudah hampir padam, dan malam sudah semakin mencekik, seolah tidak bisa melihat kesekelilingnya, tiba-tiba Sita menghampiri Deki dan duduk di sampingnya)

Sita : Deki kita tidur saja yuk. Aku takut kalau tidur sendirian. (Deki yang terdiam seribu kata dan tidak mau menjawab, tetapi Sita terus menarik Deki ke tenda)

Deki : (Deki pun sadar dan terengah…. ) sadar Sit, aku ini sedang cemas.

Sita : Eh.. Dek, Si Lala ga usah dikhawtirin gitu, dia sudah gede. (disana sita merayu Deki)

(Ketika itu Lala pun melihat kepalan asap dengan wajah berat karena masih diikuti hantu itu)

Lala : (bicara sendiri) mungkin itu mereka disana.

(dengan susah payahnya Lala sampailah disana ternyata benar itu mereka, Lala pun senang, dan teriak memanggil mereka)

Lala : mereka ini kenapa sih, sudah tuli ya!

(Lala pun menghampiri setiap tenda, tenda yang pertama, Lala lihat kedalam teryata Alin, Tina, Dina dan Tara. Dan tenda yang ke dua Kosong, Lala pun heran)

Lala : ini si Sita dan Deki dimana ya. (ketika melihat kebelakang tenda ternyata Sita sedang berpelukan dengan Deki, Lala pun marah pada Deki dan sitaa Lala berusaha menjambaknya tapi mereka tidak merasakannya)

Sita :Dek aku takut… nih kenapa dingin banget ya??? (sambil lebih erat memeluk Deki, dan terdengar suara-suara serigala yang menggeliat tidak jauh dari tempat mereka tinggal, dan diiringi burung hantu yang terus mematikan rasa)

Lala : Eh sialan, ternyata kamu selama ini…. Dasar penghianat. (ketika Sita sedang asik memeluk Deki, dan Lala marah-marah pada Sita dan Deki, tiba-tiba hantu itu mencium bau darah, yang amis… menusuk, hantu itu pun perlahan melepaskan Lala dan mencari amis darah itu, ternyata hantu itu menemukannya, yaitu Alin yang sedang datang bulan, Hantu Itu mendesis-desis mendekati tubuh Alin dan secara tidak sadar Lala sudah bisa terlihat oleh si Deki dan Sita)

Deki dan Sita : Langsung terhenyat dari pelukannya,

(Sita dengan wajah herannya)

Sita : elo La… (dengan wajah tanpa salah)

Deki : Kamu sudah kembali, dari mana saja? (sambil mengguncangkan tubuh Lala, Deki pun langsung Ingin memeluk Lala, Lala dengan marahnya menampar Deki sampai terjungkal sambil berkata…)

Lala : dasar play boy… kelas teri, kelas ikan asin… lo… ternyata selama ini. (Lala menampar Sita, sampai tersungkur ketanah…)

Sita : Aw…. Ih.. Aduh….

(pada waktu itu sadar bahwa salah, selama ini Lala cemburu sama orang yang salah yaitu Tara, ternyata Tara tidak punya perasaan apa-apa sama si Deki, yang pagar makan tanaman itu adalah Sita, yang selama ini Lala kira tenan yang paling baik padanya)

(maka terjadilah pertengkaran hebat, sehingga membuat bangun teman-temannya yang sedang tidur)

Teman-temannya : ada apa nih?

Lala : ini teman-teman, gue kira selama ini yang suka sama Deki si Tara, ternyata gue salah besar. Gue udah salah milih temen ternyata temen yang selama ini gue kira baik dia nusuk dari belekang (sabil menangis Lala pun meminta maaf kepada Tara)Tara maafin gue ya (sambil memeluk Tara)

Tara : iya gue maafin,tapi bener Sit kamu suka sama si Deki?

Sita :ga tara……kalian ini salah paham

Tina :udah-udah kalian ini kenapa sih teman kembali malah begini bukannya senang???

(Tiba-tiba ada suara yang ketawa menjengking…. Hi…..hi…. hi….. sambil mendesis…desis, Alin dibawa si hantu penunggu hutan, mereka semua memanggil Alin dan mengejarnya)

Teman-temannya : Alin…alin….!!!

Lala : Eh sit ini gara-gara lo…. Lo yang harus bertanggung jawab atas semua ini.

Sita : Iya gue akan tanggung jawab, gue akan kejar sendiri si Alin. Dasar pengecut lo…. (Sita pergi meninggalkan mereka, mengejar ke hutan)

(Deki pun minta maap pada Lala)

(lagu :”mungkin”)

Deki : beb ga ada niat untuk ngeduain cinta ini, tadi hanya Sita saja yang maksa aku, dengan alasan dia takut.

(akhirnya dengan penjelasan panjang lebar Lala pun sedikit luluh hatinya, mereka pun isirahat dengan perasaan takut yang mencekam jantung dan napas mereka, seakan jantungnya tidak mau berdetak lagi, napas pun tertahan-tahan menunggu pagi sambil menunggu si Sita dan Alin. Matahari pun bersinar, Alin dan Sita belum juga datang)

Tara : Kita pulang saja sekarang, kita bisa cari bantuan warga sekitar!!!

Tina : Setuju. Mungkin warga sekitar lebih bisa membantu. Dari pada hanya dicari sama kita.

(Mereka pun pulang menuruni gunung, dua jam kemudian sampailah mereka ke perkampungan dan menuju rumah ki Santa)

Deki : (mengetuk rumah Ki santa), Tolong Ki…. Tolong ki….

(ki Santa pun keluar)

Ki santa : Kunaon iyeu teh?

Tara : Dua teman kami menghilang tadi malam….

(Tina menyahut)

Tina : Di bawa… di bawa… (Ki santa cepat memotong pembicaraanya)

Ki santa : Pasti teu ngalakukeun anu ku aki di omongken nya?

Lala : Iya ki……

Nini Santa : Aki ari kieumah enggeus we barudak titah caricing didieu, aki anu neangan jeung masarakat!

Mereka menjawab: benar ki????

Ki santa : Eya kumaha aki weh….

Deki : Ki, abi ngiring?

Lala : Sayang kamu ati-ati ya jaga diri kamu baik-baik!

(Ki Santa dan Deki mencari warga sekitar yang mau menolong, tidak beberapa lama datang dua orang warga yang tengah melewati rumah Ki Santa)

Ki Santa :Jang, tiasa ngabantuan aki teu, neangan budak nu leungit di leuweung?)

Warga :nya hayu atuh ki!.......

(5 jam kemudian Ki santa, Deki dan warga datang dengan membawa dua tandu, teman-temannya terhenyat mereka ini kenapa ya, tanya-tanya dalam hati mereka? Sampailah di rumah ki santa, ki Santa berkata dengan beratnya)

Ki santa : hampura neng, iye hiji mah… iyeu hijimah….

(teman-temannya menyahut)

kenapa ki…?

Ki Santa : Sudah tidak ada (sontak mereka menangis histeris, ternyata yang meninggal itu Sita, Sita di temukan terjatuh dari jurang di hutan larangan, sedangkan Alin hanya pingsan ketakutan, dan beberapa menit kemudian alin pun sadar)

Alin : aku kenapa ini……

Lala : (Sambil menanggis) sudah ga ada papa ko…..

(Alin pun menoleh ke arah Sita yang sudah terbujur kaku tak bernyawa, Alin pun sontak menangis, ki Santa pun memberikan penjelasan kepada mereka)

KI Santa : neng, lamun didieumah ulah ngalakuken anu dipantrang, lamun ngalakukeun tah kie balukarna, cing aki nanya naha bisa jalan teu ka kampung lawang?

Deki :da… kamari teh ki papanggih jeng nini, ngabejaan yen lamun erek kahutan larangan mah kadie anu deuket jalan namah, kitu ki.

Ki santa : Ih maneh mah sok ka goda…. Kunu te pararuguh…., tah eta teh didieumah disebut nateh nini panyanglir. Nyaeta saha anu papanggih jeung nini panyanglir terus teu nenjrag bumi tilu kali, bakal dibawa kaalam jin anu aya di leuweung larangan.

Nini Santa :Jeung kieu lamun geus asup kahutan larangan lain tina lawangna moal bisa balik deui, bisa balik deui lamun aya borah nyawa….. jeung kudu di kuburna ulah jauh ti eta leuweung. Tgeusna mah. Babaturan hideup ieu kudu dikuburna didieu.

(mereka pun terpukul sedih, dan menyesal… atas p erbuatannya yang tidak mau mengikuti perkataan si aki, kemudian mereka langsung pulang ke Jakarta dengan perasaan yang campur aduk)

Deki : nya kumaha aki weh sae na. nu pentingmah salamet. Ki kumaha atuh bisi kaburu sore teuing?

Ki santa : Bae babaturan hidep mah ku aki jeung warga diurusna

Warga : muhun jany ayeuna mah enggal gera aruih bilih kaburu sore!

Tina : Kita pamit sekarang saja ki…..

Nini Santa: Iya sok bisi kaburu sore…..

(mereka pun pamit dan pulang dari kampung larangan itu. Dan Lala dengan Deki pun telah sadar selama ini mereka Cuma salah paham, dan tahu yang memeluk itu bukan keinginan Deki, setelah itu mereka pun akur kembali, sampailah di Jakarta dirumah masing-masing)

SEKIAN

hak cipta: wasmana (0701816)

Senin, 01 Maret 2010

PUISI JIWA BANGSA

SERIBU TUNAS DI ATAS BATU

Hari yang panas, pengap dengan debu kemiskinan

Gelap dengan asap lapar

Menggalir dengan dengan darah

Terurai dengan hembusan napas

Membentang derita disetiap kedipan mata

Inikah hidup diatas batu

Tak ada sejengkal tanah pun

Tulang memendek

Rambutpun tak mau memanjang

Kulit-kulit mengering…. Bagaikan kertas

Tulang-tulang melapuk bagai debu

Memutih… di atas batu, diterangi setitik darah

Dengan gersangnya batu dan panasnya matahari

Tulang-tulang yang melapuk pun menjadi gumpalan tanah

Semakin panas batu

Tanah semakin luas

Kini tak ada batu lagi

Hanya suburnya hamparan tanah

Yang mulai hijau dengan tunas-tunas kehidupan

Dan ramaikan dengan kehidupan damai

Hilangkan sesak, panas, dan gelap ini…..

TUKAR

Kadang tukar uang hanya untuk isi perut

Kita tukar kehormatan untuk uang

Jabatan… kekuasaan… kekayaan

Tukar…. Tukar… tukar…

Semuanya ditukar

Hidup senang dan indah tujuan utama

Biar air mata orang berlinang

Darahnya mengalir

Perutnya perih…

Tak apa?

Yang palin penting senang… bahagia….

Apakah sanggup

Kita tukar darah, tulang, nyawa…

Hanya untuk satu senyuman bangsa ini

Demi teriakan ini negriku destiap dada…

Kibarkan merah putih bersama bintang dilangit

Text Box: RIKA PITRIYANI (0702456)