Selasa, 22 Desember 2009

makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permaslahan yang paling komplek bagi pengajar atau guru dalam kegitan belajar mengajar adalah bagaimana menciptakan suasana pemebelajaran yang kondusip, dimana dalam kegiatan belajar mengajar biasanya anak yang pintar atau sudah selesai lebih dulu mengerjakannya, lalu anak tersebut menggangu temannya yang belum selesai. Kadang-kadang kita kurang bisa mengkondisikan apalagi dengan jumlah murid yang tidak ideal di dalam kelasnya.

Dengan demikian guru itu harus mamahami kemampuan tiap anak dan potensi yang dimiliki setiap anak, dimana salah satunya anak berbakat, salah satu cirinya anak berbakat itu mempunyai IQ lebih dari 130. Maka kami membahas bagaimana anak berbakat itu, bagaimana karakteristik anak berbakat itu, dan bagaimana cara membeirikan pelayanan bagi anak berbakat itu, tentunya selaku guru kita harus memahaminya secara mendalam.

Apabila guru tidak memahami apa itu anak berbakat, bagimana karakteristik, dan bagaimana ciri-cirinya, kemungkinan keberhasilan belajar itu tidak akan tercapai dengan baik, anak berbakat itu memerlukan layanan khusus, karena anak berbakat itu termasuk anak berkebutuhan khusus, dimana anak tersebut membutuhkan layanan atau perlakuan khusus.

Dalam menentukan anak berbakat itu tidak begitu saja, kita memerlukan dari psikolog dan dengan melakukan tes IQ. Sebagiamana pendapat (Amin,M, 1996:1) dalam penentuan anak berbakat itu perlu menggunakan pendekatan multidimensi dimana diakui keragaman dalam kriteria konsep keberbakatan anak, sehingga diperlukan berbagai cara dan alat yang seragam dalam menentukan siapa anak berbakat dan keberbakatan. Dengan demikian sebelum kita menentukan anak berbakat itu kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan anak berbakat. (Freemen, J,1975:120) anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul dalam segi: intelektual, teknik, estetika, sosial, dan fisik.

B. Rumusan Masalah

Dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah dasar itu banyak sekali phenomena-penomena yang memerlukan perhatian, terutama dalam kurang tepatnya memberikan layanan bagi anak,khususnya layanan bagi anak berbakat. Dengan demikian kami merumuskan beberapa permalahan dalam makalah ini, yaitu:

1. Bagiamana yang dimaksud dengan anak berbakat?

2. Bagiamana karakteristika anak berbakat?

3. Bagaimana memberikan layanan bagi anak berbakat?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan beberapa uraian permasalahan di atas tentang anak berbakat, maka kami menentukan beberapa batasan masalahnya yaitu:

1. Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul dalam segi: intelektual, teknik, estetika, social, dan fisik.

2. Karakteristik anak berbakat diantaranya:

a) Mempunyai kemapuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan yang berikir abastrak dan mampu memecahkan permasalahan secara sistematis dan masuk akal. Kemampuan ini dapat diukur pada orang dewasa mapun pada anak dengan tes psikometrik berkaiatan dengan prestasi umumnya dinyatakan dengan skor IQ.

b) Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika, bahasa asing, musik, atau ilmu pengetahuan alam.

c) Berpikr kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Umumnya mampu berpikir untuk memecahkan permasalahan yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi. Pemikiran kreatif menghasilkan ide-ide yang produktif melalui imajinasi, kepintarannya, keluwesannya, dan bersifat menakjubkan.

d) Mempunyai bkat kreatif khusus, bersifat orsinil. Dan berbeda dengan orang lain.

3. Memberikan layanan bagi anak berbakat itu harus tepat sasaran, dan sesuai dengan karakteristik keberbakatan anak tersebut, dan mampuh mempasilitasi pengembangan kemampuannya.

D. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ini terdiri dari tiga bab, yiatu mulai dari bab satu, bab dua dan bab tiga, dimana diawali dengan kata pengantar, daftar pustaka;

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Batasan Masalah

D. Sistematika Penulisan

BAB II ISI

A. Karakteristik Anak Berbakat

B. Layanan Pendidikan Terhadap Anak Berbakat

C. Indikator Anak Berbakat

D. Cara Menangani Anak Berbakat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

ISI

A. Karakteristik Anak Berbakat

Anak berbakat itu mempunyai empat kategori yaitu:

1. Mempunyai kemapuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan yang berikir abastrak dan mampu memecahkan permasalahan secara sistematis dan masuk akal. Kemampuan ini dapat diukur pada orang dewasa mapun pada anak dengan tes psikometrik berkaiatan dengan prestasi umumnya dinyatakan dengan skor IQ.

2. Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika, bahasa asing, music, atau ilmu pengetahuan alam.

3. Berpikr kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Umumnya mampu berpikir untuk memecahkan permasalahan yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi. Pemikiran kreatif menghasilkan ide-ide yang produktif melalui imajinasi, kepintarannya, keluwesannya, dan bersifat menakjubkan.

4. Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orsinil. Dan berbeda dengan orang lain.

B. Layanan Pendidikan Terhadap Anak Berbakat

Pada makalah ini kami tidak lagi menyentuh tataran landasan yuridis maupun landasan filosofis dari perlu layanan pendidikan terhadap siswa berbakat istimewa. Itu sudah banyak dibahas pada makalah-makalah sebelumnya. Pada prinsipnya, layanan terhadap anak cerdas dan bakat istimewa itu sama, yaitu pemenuhan hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. yang harus menjadi landasan terpenting adalah visi dan niat sekolah penyelenggara dalam mewujudkan layanan terhadap siswa berbakat istimewa. Jangan sampai pelaksanaan ini hanya dilandasi oleh keinginan membuka proyek baru, menjadi pos pemasukan alternatif bagi sekolah atau hanya sekedar untuk menerima bantuan pemerintah baik dalam hal dana maupun sarana. Kesalahan ini akan berdampak pada kualitas seleksi, kurikulum dan pendampingan dalam proses pembelajaran. sebelum kiami membahas lebih jauh tentang layanan anak berbakat kita pahami dulu pengertian anak berbakat itu sendiri, supaya lebih baham dan tepat dalam memberikan layananannya dimana, layanan itu harus tepat sasaran. Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai perubahan dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif. Bahkan menurut clark (1986) kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari keberbakatan.

Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan bahkan sementara ahli berpendapat bahwa sifat-sifat anak berbakat itu bercirikan culture bound (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian, ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan ini, sebagai berikut:
(1) Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan.
(2) Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan di mana seseorang yang berbakat itu hidup.
Jadi pengertian bakat istimewa lebih menekankan kepada minat, kemampuan dan bakat siswa diaspek psikomotor baik berupa seni maupun olah raga. Walaupun pada kenyataannya sangat dimungkinkan ada siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat yang istimewa. Sementara siswa cerdas istimewa lebih bernuansa akademis dengan adanya salah satu indikator prasyarat IQ diatas 130.
Beberapa indikator deteksi dini seorang siswa memiliki bakat istimewa dibidang seni maupun olah raga adalah tentang pengetahuannya dibidang yang digeluti, minat dan motivasi, produk/hasil karya dan sensitifitas/ sensibiltas-nya dalam mengapresiasi hasil karya. Indikator diatas diperkuat oleh adanya prestasi yang dianalisa tingkat kesukaran dan kompetitornya dalam setiap kompetisi yang diikuti. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran layanan ini adalah siswa yang benar-benar memiliki minat, bakat, motivasi dan prestasi yang sangat tinggi dibidangnya masing-masing.

Saya merasa tergelitik untuk mencoba mempertanyakan hal ini karena sampai saat ini masih sedikit sekolah yang memberikan layanan pendidikan terhadap anak berbakat istimewa. Padahal banyak sekali anak didik kita yangmemiliki minat, bakat dan prestasi yang tinggi dibidang seni dan olah raga, mereka tumbuh bukan dari hasil pendidikan di sekolah namun lebih disebabkan latihan dan pendidikan dijalur non formal maupun keberuntungan karena ditemukan oleh pemandu bakat. Keinginan setiap sekolah untuk menyelenggarakan layanan pendidikan kepada anak berbakat istimewa terbentur dan terkendala oleh ketidakjelasan pedoman penyelenggaraan dan kurangnya fasilitas sarana dan prasarana. Pemerintah pun dirasakan kurang dalam memberikan perhatian yang intens terhadap keberadaan siswa dengan bakat istimewa, kecuali melalui pekan olah raga dan seni yang diselenggarakan setiap setahun sekali. Mulai saat ini memang sekolah harus mampu menjadi pelopor dan penggagas dari berbagai bentuk layanan terhadap anak bangsa sesuai dengan minat bakat dan kemampuannya. Bahkan tidaklah mustahil, dengan bantuan berbagai elemen masyarakat yang peduli dengan dunia pendidikan, sekolah umum mulai melirik layanan bagi para penyandang cacat atau yang memiliki kendala dalam melaksanakan proses pembelajaran secara normal.
Sekolah yang mampu melaksanakan ini adalah sekolah yang memiliki komitmen untuk melakukan layanan maksimal terhadap masyarakat. Pedoman yang belum jelas, kendala, rintangan dan tantangan yang bisa muncul dari pemerintah, yayasan, LSM dan lainnya justru mampu melecut sekolah untuk lebih berprestasi dalam pelayanan pendidikan terhadap semua unsur masyarakat.
Orientasi layanan ini akan menjadi sulit ketika sekolah berubah menjadi lembaga bernuansa bisnis, fokus pada untung rugi semata dan dikelola secara serampangan oleh orang yang tidak memahami hakekat pendidikan. Sekolah harus lepas dari semua yang berbau kapitalisme bisnis,, namun tetap menerapkan manajemen efektif dan efisien sehingga dapat tetap mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam memberikan jasa layanan pendidikan. Untuk melaksanakan layanan pendidikan terhadap anak berbakat istimewa, sekolah memang juga tidak semestinya berbuat serampangan, asal jadi dan sekedar mencari sensasi, apalagi untung rugi. Kalau itu yang terjadi maka bukan hanya akan rugi sendiri, merugikan masyarakat, dan yang lebih membahayakan adalah lahirnya siswa anak bangsa dari salah asuh. Dampaknya tidak hanya sekedar individu, namuan juga jiwa bangsa itu sendiri. Untuk itu maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh sekolah yang akan melaksanakan layanan terhadap siswa bakat istimewa, diantaranya :

1. Standarisasi siswa berbakat istimewa masih belum ada yang baku sehingga dikhawatirkan apabila guru yang melakukan seleksi tidak memahami perbedaan antara siswa berbakat dan berbakat istimewa, maka input program keberbakatan akan menjadi bias. Berbeda dengan layanan cerdas istimewa, walaupun masih menjadi perdebatan, namun alat ukur yang secara umum diterima adalah psikotest dengan standar IQ,TC dan EQ yang telah ditetapkan pula.

2. Bentuk layanan yang akan dilaksanakan, apakah berbentuk sekolah bakat istimewa, kelas bakat istimewa atau bentuk inklusi. Sekolah khusus bakat akan sulit dilaksanakan oleh sekolah yang telah mapan menjadi sekolah umum. Sekolah umum akan lebih mudah melakukannya dalam bentuk kelas khusus, yaitu melakukan pengelompokan siswa bakat istimewa dari siswa lainnya untuk menerima materi keberbakatan lebih banyak ketimbang pelajaran lainnya. Atau siswa akan tetap belajar bersama dengan siswa lainnya namun di jam tertentu mereka akan dipisah untuk menerima materi keberbakatan yang lebih intensif.

3. Sumber daya manusia pelaksana, guru pada umumnya belum dipersiapkan untuk menjadi pelatih profesional. Guru dipersiapkan dengan materi baku dan standar umum yang terangkum pada kurikulum nasional. Dimana materi lebih menekankan pada keterampilan dasar saja, sehingga sekolah belum dapat secara maksimal mencetak atlet, seniman dan produk yang menggambarkan kemampuan siswa itu sendiri. Namun hal tersebut bisa disiasati dengan melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan non formal yang ada disekitar sekolah misalnya, sanggar seni, klub olah raga atau seniman local.

4. Sarana prasarana pendukung, berbicara fasilitas berarti bicara anggaran yang cukup besar. Padahal sarana untuk siswa berbakat istimewa tidak hanya terbatas pada kelas dan segala alat pendukungnya, namun juga sarana keberbakatan itu sendiri, seperti sanggar, aula, alat musik, alat seni lainnya dan tenaga pengajar. Sementara dipihak lain, lembaga pendidikan non formal akan sulit melakukan kerjasama apabila hal tersebut akan merebut pasar mereka sebagai sanggar atau klub. Karena yang dilayani ini bukan siswa biasa, maka memang keberadaan sarana prasaran menjadi sesuatu yang mutlak. Anggapan ”memanfaatkan apa yang ada” hanya akan menjadi kendala perkembangan bakat mereka. ”memanfaatkan apa yang ada” mungkin bisa dilaksanakan pada siswa reguler atau kelas dengan bakat rata-rata, namun untuk siswa bakat istimewa hal tersebut tidak bisa dilakukan.

5. Kurikulum, materi untuk kelas bakat istimewa. Masih menjadi perdebatan pada saat workshop layanan bakat istimewa tingkat nasional yang diselenggarakan di Jogja tanggal 10-13 Maret 2009 yang lalu, apakah muatan keberbakatannya itu harus 100% dengan menyerahkan aspek lainnya di luar jam sekolah atau dengan komposisi 70% materi keberbakatan dan 30% materi umum. Perbedaan komposisi ini akan otomatis merubah kurikulum yang telah ada sekarang ini. Dengan adanya KTSP, maka peluang sekolah dan guru untuk melakukan penyesuaian kurikulum bukan lagi masalah. Semoga tulisan ini bisa menjadi pencerahan bagi sekolah yang mampu memberikan layanan kepada siswa bakat istimewa untuk segera berinisiatif melakukannya sehingga kebutuhan siswa yang memiliki bakat istimewa dapat terpenuhi.

Anak-anal cerdas istimewa ber-IQ di atas 125 yang jumlahnya di Indonesia sekitar satu juta anak, hingga saat ini terkesan masih diabaikan. Seharusnya, pengembangan keunggulan anak-anak cerdas dan berbakat istimewa ini mendapat perhatian serius pemerintah. ”Negara mestinya ’bernafsu’ melihat anak-anak berbakat ini. Maksudnya, ada keinginan kuat dan serius untuk bisa membantu pengembangan mereka demi kepentingan bangsa juga pada masa depan,” kata Yohanes Surya, Ketua Yayasan Tim Olimpiade Fisika Indonesia, pekan lalu.

Menurut Yohanes, Indonesia memiliki anak-anak cerdas dengan IQ 125 ke atas dalam jumlah yang signifikan. Potensi ini seharusnya tidak disia-siakan. ”Jika perlu, anak-anak berbakat ini dijadikan sebagai anak negara. Persiapkan mereka dengan baik sehingga pergi ke mana pun ke perguruan tinggi ternama di luar negeri, misalnya, keunggulan mereka muncul. Nama Indonesia juga kan yang harum,” ujar Rektor Universitas Multimedia Nusantara ini.

Seto Mulyadi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, di Jakarta, secara terpisah, mengatakan, harus ada kelenturan dalam kurikulum pendidikan di negara ini. Sekolah jangan hanya mengejar kemampuan akademik dengan mengorbankan pengembangan karakter dan kreativitas setiap anak. ”Meskipun tanpa lembaga khusus, sebenarnya anak istimewa ini bisa ditemukan dan dikembangkan potensinya. Ujung tombaknya ada di guru, apakah mereka mampu melihat potensi setiap anak. Lalu, memberikan treatment yang tepat untuk bisa memunculkan keistimewaan anak tersebut,” ujar Seto.

Menurut Seto, dukungan untuk anak berbakat ini jangan sebatas kepada mereka yang cerdas secara akademik dalam bidang sains semata. Anak-anak yang punya bakat menonjol dalam bidang seni dan olahraga juga harus diberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan terbaik. Seto mengatakan, anak-anak cerdas itu bukan hanya sekadar IQ yang tinggi, tetapi juga punya tingkat kreativitas yang baik, serta memiliki komitmen tugas seperti disiplin dan tidak mudah menyerah.

Direktur Pendidikan Luar Biasa Departemen Pendidikan Nasional Eko Djatmiko mengatakan, pelayanan pendidikan bagi anak cerdas dan berbakat istimewa harus mempunyai semacam pusat evaluasi dan pendampingan dari pakar. ”Itu agar tidak terjadi salah diagnosa terhadap anak yang diperkirakan mempunyai potensi cerdas dan berbakat istimewa,” katanya dalam seminar yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa. Dalam Koran kompas menyatakan bahwa anak bebakat itu butuh layanan khusu Kompas “Anak cerdas dan berbakat istimewa yang ber-IQ di atas
125 membutuhkan pelayanan pendidikan khusus”. Tidak sebatas percepatan
studi, tetapi yang lebih penting adalah pengembangan secara maksimal
potensi diri mereka.Seperti diberitakan sebelumnya, baru 9.551 siswa cerdas dan berbakat istimewa mendapat layanan khusus di sekolah.
Diperkirakan ada 2,2 persen anak usia sekolah atau 1,05 juta anak
sekolah memiliki kualifikasi cerdas istimewa.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung
Anak Cerdas dan Berbakat Istimewa, yang juga pengajar di Universitas
Negeri Jakarta, Amril Muhammad mengatakan, berbeda dengan anak
berkebutuhan khusus yang mendapat pelayanan melalui sekolah luar biasa
(SLB) dan anak normal di sekolah umum, anak cerdas dan berbakat istimewa
belum mendapat pelayanan terbaik. Beragam pilihan
Pelayanan terbaik itu bisa beragam bentuk. Tahap awal, kecerdasan dan
bakat anak dinilai. Nilai itu dijadikan dasar penyusunan program
individual oleh guru dan psikolog pendamping.
Jenis pelayanan yang ada baru kelas akselerasi di 318 sekolah. Padahal
juga dibutuhkan penguasaan substansi. Adapun kemampuan verbal dan
komunikasi juga harus baik agar apa yang mereka sampaikan mewakili
kecerdasan mereka. Program pengayaan juga dibutuhkan sesuai dengan minat
anak.
Dia menyarankan, setiap kota dan kabupaten setidaknya memiliki satu
sekolah khusus anak cerdas dan berbakat, tidak perlu mahal, tetapi
dikelola guru yang kompeten dan kreatif. Anak-anak itu butuh ruang
berekspresi dan bereksperimen sesuai kecerdasan dan bakatnya. Lepas dari
kekakuan birokratisasi pendidikan, ujarnya.
Kurang terasah

Fisikawan Prof Yohanes Surya, kemarin di hadapan para guru di Surabaya
pada seminar motivasi yang diadakan harian Surya dan majalah Kuark,
mengatakan, potensi ribuan anak genius kurang terasah baik. Diduga
beberapa penyebabnya adalah karena pengajaran kurang baik dan pelajar
kurang dimotivasi agar mengeluarkan kemampuan terbaik.
Surya mengatakan, penelitian di dunia menyebutkan, ada satu orang genius
dari setiap 11.000 orang. Jadi dari 230 juta penduduk Indonesia, ada
sekitar 20.900 orang jenius. Mereka punya IQ minimal 160 atau setara
Einstein, ujarnya.
Anak Indonesia yang semula tak pernah menang kompetisi tingkat dunia
kini sering memetik medali emas pada kompetisi sains dunia. Dia
membuktikan itu dengan mendidik anak-anak pedalaman Papua. ”Mereka perlu motivasi untuk memunculkan kemampuan terbaik. Manusia secara naluriah
perlu berada dalam kondisi kritis untuk bisa mengeluarkan potensi
terpendamnya.


Anak-anak cerdas istimewa ber-IQ di atas 125 yang jumlahnya di Indonesia sekitar satu juta anak, hingga saat ini terkesan masih diabaikan. Seharusnya, pengembangan keunggulan anak-anak cerdas dan berbakat istimewa ini mendapat perhatian serius Seto Mulyadi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, di Jakarta, secara terpisah, mengatakan, harus ada kelenturan dalam kurikulum pendidikan di negara ini. Sekolah jangan hanya mengejar kemampuan akademik dengan mengorbankan cibibinainsani.blogspot.com

Prestasi cerdas istimewa tidak dapat berkembang begitu saja. Di lapangan, kita sering pula mendengar bahwa ada tawaran-tawaran pendidikan yang dapat menjadikan anak kita menjadi cerdas dalam berbagai hal. Dengan pendekatan tertentu Dengan adanya seruan-seruan atau ajakan seperti di atas, menyebabkan dunia pengasuhan dan pendidikan menjadi tidak ada batasnya lagi, terjadilah stimulasi dan memberikan materi kurikulum yang berlebihan.

Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak gagap dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Anak-anak usia 0 – 8 tahun harus diperkenalkan dengan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences). Guru hendaknya tidak terjebak pada kecerdasan Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk dapat sekolah-dasar.

Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk dapat di kembangkan dan disalurkan kemampuannya.

Layanan pendidikan anak cerdas istimewa di kelas reguler/inklusi dengan diferensiasi kurikulum bagi anak gifted dapat dibagi dalam 4 bentuk (Mooij dkk, 2007): 1. Pengkayaan (enrichment): yaitu berupa tawaran ekstra materi pelajaran yang gifted-disinkroni.

Siswa-siswi cerdas istimewa mempunyai tem,pat tersendiri di sekolah yang sering disebut akselerasi. Dalam kelas ini siswa dituntut untuk dapat berkreatifitas dalam belajar, karena materi yang diberikan cukup padat. Tidak jauh berbeda dengan siswa akselerasi yang ada di Labschool Kebayoran, pengembangan diri siswa pun di sekolah ini sangat diutamakan. Siswa diajarkan agar dapat mempunyai skill yang bagus baik dalam logika maupun bersikap. Untuk mengembangkan logika dan abigarin.

Anak cerdas dan berbakat istimewa yang ber-IQ di atas 125 membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Tidak sebatas percepatan studi, tetapi yang lebih penting adalah pengembangan secara maksimal potensi diri mereka. Selama ini di Indonesia baru 9.551 siswa cerdas dan berbakat istimewa yang mendapat layanan khusus di sekolah. Diperkirakan ada 2,2 persen anak usia sekolah atau 1,05 juta anak sekolah memiliki kualifikasi cerdas istimewa.

Pelayanan terbaik itu bisa beragam bentuk. Tahap awal, kecerdasan dan bakat anak dinilai. Nilai itu dijadikan dasar penyusunan program individual oleh guru dan psikolog pendamping. Jenis pelayanan yang ada baru kelas akselerasi di 318 sekolah. Padahal juga dibutuhkan penguasaan substansi. Adapun kemampuan verbal dan komunikasi juga harus baik agar apa yang mereka sampaikan mewakili kecerdasan mereka. Program pengayaan juga dibutuhkan sesuai dengan minat anak.
Menurut Yohanes, Indonesia memiliki anak-anak cerdas dengan IQ 125 ke atas dalam jumlah yang signifikan. Potensi ini seharusnya tidak disia-siakan. ”Jika perlu, anak-anak berbakat ini dijadikan sebagai anak negara. Persiapkan mereka dengan baik sehingga pergi ke mana pun ke perguruan tinggi ternama di luar negeri, misalnya, keunggulan mereka muncul. Nama Indonesia juga kan yang harum,” ujar Rektor Universitas Multimedia Nusantara ini.

Seto Mulyadi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, di Jakarta, secara terpisah, mengatakan, harus ada kelenturan dalam kurikulum pendidikan di negara ini. Sekolah jangan hanya mengejar kemampuan akademik dengan mengorbankan pengembangan karakter dan kreativitas setiap anak.
”Meskipun tanpa lembaga khusus, sebenarnya anak istimewa ini bisa ditemukan dan dikembangkan potensinya. Ujung tombaknya ada di guru, apakah mereka mampu melihat potensi setiap anak. Lalu, memberikan treatment yang tepat untuk bisa memunculkan keistimewaan anak tersebut,” ujar Seto.

Menurut Seto, dukungan untuk anak berbakat ini jangan sebatas kepada mereka yang cerdas secara akademik dalam bidang sains semata. Anak-anak yang punya bakat menonjol dalam bidang seni dan olahraga juga harus diberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan terbaik.

Seto mengatakan, anak-anak cerdas itu bukan hanya sekadar IQ yang tinggi, tetapi juga punya tingkat kreativitas yang baik, serta memiliki komitmen tugas seperti disiplin dan tidak mudah menyerah.

Secara terpisah, Direktur Pendidikan Luar Biasa Departemen Pendidikan Nasional Eko Djatmiko mengatakan, pelayanan pendidikan bagi anak cerdas dan berbakat istimewa harus mempunyai semacam pusat evaluasi dan pendampingan dari pakar. ”Itu agar tidak terjadi salah diagnosa terhadap anak yang diperkirakan mempunyai potensi cerdas dan berbakat istimewa,” katanya dalam seminar yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, Sabtu (31/1) di Jakarta.

C. Indikator Anak Berbakat

Anak berbakat itu mempunayi indikaor tertentu, kita harus memahaminya agar tidak salah dalam memberikan pelayanan bagi anak didik kita. Prof. Utami Munandar menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:

a) Ciri-ciri Intelektual/Belajar

Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.
Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.

b) Ciri-ciri Kreativitas

Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).

c) Ciri-ciri Motivasi

Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).

Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.


D. Cara Menangani Anak Berbakat

Setiap anak adalah unik. Namun, apakah setiap anak pada dasarnya cerdas,

keberbakatan adalah suatu potensi bawaan (genetik/ nature). Sesuai dengan teori nature dan nuture yang kini menjadi pegangan para ahli anak berbakat diseluruh dunia, potensi bawaan ini memerlukan pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan dan personalitas yang dipunyai setiap anak berbakat (nurture). Jadi setiap anak memang terlahir unik.

Keberbakatan mempunyai pengertian yang sangat kompleks dan bukan merupakan faktor tunggal. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah giftedness dan untuk anak berbakat digunakan istilah gifted children. Lantaran anak-anak balita belum bisa dikatakan sebagai anak berbakat (gifted children) karena belum dapat dilakukan tes IQ padanya maka di Belanda anak-anak ini disebut anak yang mengalami loncatan perkembangan (kinderen met ontwikkeling voorsprong).

Konsep anak berbakat yang sering dipakai adalah milik Renzulli, yang mengidentifikasikan bahwa seorang anak dapat dikatakan sebagai anak berbakat jika ia mempunyai: inteligensia yang tinggi di atas rata-rata (IQ lebih dari 130) ; kreativitas yang tinggi; serta motivasi dan ketahanan kerja yang tinggi pula. Namun menambahkan potensi itu tidak akan terwujud jika tidak ada dukungan dari keluarga, sekolah, dan lingkungan.

Greenville mengemukakan tentang metode pengukuran dalam ilmu psikologi. Biasanya akan dilakukan observasi, wawancara dan tes untuk seorang anak. Namun tes hanya bisa dilakukan oleh ahlinya. Observasi sebetulnya bisa dilakukan oleh orang tua dengan cara membandingkan perilaku anak dengan ciri-ciri anak berbakat. Tapi tentu saja, kondisi ideal adalah dengan melakukan ketiga metoda tersebut.

Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan seputar cara untuk mengetahui bakat anak, ibu Ike menegaskan bahwa tidak ada tes yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi bakat anak. Tes IQ tidak digunakan untuk melihat minat dan bakat anak. Sesuai dengan namanya, tes ini lebih diarahkan kepada pengukuran intelektual (intelligency Quotient). Sedangkan tes minat dan bakat yang dilakukan dengan battery psikologi, lebih tepat dikenakan pada anak-anak diatas tingkat SMP untuk penjurusan atau memantapkan pemilihan studi di perguruan tinggi. Jadi yang perlu dilakukan oleh orangtua bukanlah mengidentifikasi bakat apa, tetapi memperhatikan minat anak dengan memperkenalkan secara bertahap pada anak.

Mengenai bakat serta minat anak ini, ibu Julia menekankan, jika anak secara intens melakukan kegiatan dengan dorongan internalnya (motivasi) dan dilakukannya dengan enjoy, maka kemungkinan besar itulah minat dan bakatnya. Selain itu untuk membedakan mana anak berbakat dan bukan dapat diketahui dari kemampuan anak untuk secara mandiri mengembangkan minatnya tersebut. Anak berbakat (gifted) selain mempunyai tempo yang cepat dalam belajar, juga bisa dilepas (mandiri) dan mampu menggubah lagi dengan motivasi dari dalam diri yang kuat.

Bila anak saya (usia 3,5 tahun) mempunyai tanda-tanda anak berbakat, Ternyata anak usia 3,5 tahun belum bisa dikatakan anak berbakat, karena seringkali hasil testnya belum bisa dipercaya karena ia masih berkembang. Anak tersebut dikatakan mengalami loncatan perkembangan. Sebaiknya orangtua dengan anak seperti ini mencari sumber-sumber bacaan tentang perkembangan anak berbakat dan mempelajari betul bagaimana perkembangan kognitif serta otak anak-anak. Hal ini penting guna mengetahui lebih dalam tentang personalitasnya, agar bisa lebih luwes mengasuhnya. Tentu saja literatur yang dibaca pun tidak bisa sembarangan. Sumber bacaan harus dipilih dari berbagai literatur yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

Lebih lanjut tentang penanganan anak berbakat ini, ibu Julia menjelaskan Begitu kita tahu bahwa anak kita mempunyai loncatan perkembangan intelektualitas, maka ia memerlukan pengasuhan dan pendidikan yang terstruktur yang tidak mencegat perkembangannya. Karena anak-anak ini mempunyai dorongan internal untuk mengembangkan intelektualitas sangat besar, keras kepala, dan sangat perfeksionis, serta mempunyai cara berfikir (cognitive style) yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Latihan program akselerasi umumnya digunakan dalam proyek pengembangan anak berbakat, namun sebetulnya akselerasi dimaksudkan sebagai upaya percepatan. Disamping akselarasi juga perlu diadakan pengkayaan (enrichment), dan pendalaman.
Bagaimana penanganan untuk anak berbakat yang juga penyandang masalah seperti ketertinggalan perkembangan kemampuan bahasa, atau learning disabilities (misalnya disleksia) ? Bagi anak seperti ini, kondisinya memang cukup membingungkan, apalagi di Indonesia. Orangtua perlu memeriksakan anaknya lebih lanjut kepada psikolog perkembangan. Di Amerika, anak-anak seperti ini umumnya tidak bisa dimasukkan program gifted children (karena punya masalah), juga tidak bisa masuk sekolah reguler (karena punya masalah). Jadi harus masuk dahulu ke sekolah luar biasa. Inilah yang menyebabkan kebingungan para orang tua, karena di sekolah itu tidak mendapatkan perhatian sebagai anak berbakat.

Penanganan anak berbakat memang cukup rumit, apalagi di Indonesia. Tetapi dengan memahami keunikannya, menambah sumber-sumber bacaan yang memadai, selalu berusaha dan tentu saja berdoa, semoga dapat menjadikan orangtua sebagai fasilitator yang baik sehingga anak-anak tersebut kelak dapat berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu anak berkebutuhan khusus atau ABK adalah anak berbakat dimana ini tidak asing lagi bagi kita, khususnya bagi kita calon pengajar, karena walau bagimana pun anak tersebut memerlukan pendidikan sebagai salah satu bentuk layanan bagi anak berbakat tersebut. Diamana dalam kegiatan belajar mengajar anak berbakat itu menjadi perhatian tersendiri karena anak tersebut mempunyai kemampuan yang sangat tinggi di, sebanding dengan anak-anak yang lainnya sehingga dalam kegiatan belajar mengajar itu memerlukan perhatian khusus. Idealnya anak terseut sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) seiring dengan program pemerintah yang mengadakannya program sekolah inklusi secara otomatis guru sekolah dasar juga harus memahai dan mengetahui sekaligus mampu memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khsusus (ABK), salah satunya anak berbakat.

Dengan demikian kesimpulan makalah yang kami bahas diantaranya:

1. Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul dalam segi: intelektual, teknik, estetika, social, dan fisik.

2. Karakteristik anak berbakat diantaranya:

a) Mempunyai kemapuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan yang berikir abastrak dan mampu memecahkan permasalahan secara sistematis dan masuk akal. Kemampuan ini dapat diukur pada orang dewasa mapun pada anak dengan tes psikometrik berkaiatan dengan prestasi umumnya dinyatakan dengan skor IQ.

b) Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika, bahasa asing, music, atau ilmu pengetahuan alam.

c) Berpikr kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Umumnya mampu berpikir untuk memecahkan permasalahan yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi. Pemikiran kreatif menghasilkan ide-ide yang produktif melalui imajinasi, kepintarannya, keluwesannya, dan bersifat menakjubkan.

d) Mempunyai bkat kreatif khusus, bersifat orsinil. Dan berbeda dengan orang lain.

3. Memberikanlayanan bagi anak berbakat itu harus tepat sasaran, dan sesuai dengan karakteristik keberbakatan anak tersebut, dan mampu mempasilitasi pengembangan kemampuannya. Dan dalam memberikan layanan bagi anak berbakat itu perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya:

a) Standarisasi siswa berbakat.

b) Bentuk layanan yang akan dilaksanakan.

c) Sumber daya manusia pelaksana.

d) Sarana prasarana pendukung.

e) Kurikulum, materi untuk kelas berbakat.

Mulai dari pengertian, karakteristik, cara menangani anak berbakat kami harapkan menjadi pemahaman tentang anak berbakat dan mampu dalam memberikan layanan bagi anak berbakat.

B. Saran

Dalam memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya bagi anak berbakat, pertama kita harus memahami dulu pengertian anak berbakat itu sendiri, kemudian karakteristik dari anak berbakat, paktor penunjang yang mempengaruhi dalam memberikan layanan terhadap anak berbakat, dan bagaimana memberikan layanan yang tepat bagi anak berbakat, agar mecapai tujuan yang diharapkan.

Adapun dalam makalah ini masih banyak kekurangannya, tetapi saya berharap mudah-mudahan makalah ini bermanpaat khususnya bagi kami umumnya bagi pemabaca semuanya. Kekurangan dalam malah ini mulai dari keterbatasan sumber. Dan mudah-mudahan saya lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya. Ammin.

DAFTAR PUSTAKA

Delphie, Bandi. (2006), Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: Reflka Aditama.

Indira Permanasari S, (2009), Anak Berbakat, [Online]. Tersedia: http://media-klaten.blogspot.com/ [28 Juli 2009].

Imam Wibawa Mukti, (2009), Layanan Anak Berbakat, [Online]. Tersedia: http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/30/03420494/anak.cerdas.butuh.layanan.k\ .[ 13 Maret 2009].

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat taupiq dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Layanan Bagi Anak Berbakat”. Kami paparkan dalam makalah ini mulai dari kenapa kita harus memahami layanan bagi anak berkebutuhan khusus khususnya anak berbakat, pengertian anak berbakat, karakteristik anak berbakat, dan bagimana cara memberikan layanan bagi anak berbakat, kami harapkan dengan disusunnya makalah ini, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus (BABK), dapat bermanpaat pula bagi pembaca semuanya dalam peningkatan kemampunnya, agar terbentuknya guru yang professional.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, diantaranya:

1. Dosen mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus (BABK)

Dra. Hj. Entang Kartika, M.Pd.

2. Semua rekan sebaya yang telah membantu.

3. dan pada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangannya, hal ini karena keterbatasan pada pengetahuan, pengalaman, maupun sumber yang tersedia. Kritik dan saran yang sifatnya membangun kami tunggu supaya lebih baik dalam penyusunan makalah berikutnya. Penyusun mengharapkan agar makalah ini bermanfaat. Ammin.

Bandung, ….November 2009

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................

C. Batasan Masalah........................................................................................

D. Sistematika Penulisan................................................................................

BAB II ISI

A. Karakteristik Anak Berbakat.....................................................................

B. Layanan Pendidikan Terhadap Anak Berbakat........................................

C. Indikator Anak Berbakat..........................................................................

D. Cara Menangani Anak Berbakat...............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH

BIMBINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

LAYANAN BAGI ANAK BERBAKAT

Diajikan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Mata Kuliah : Dra. Hj. Entang Kartika, M.Pd.

.

Diusun Oleh:

Kelompok ….

KONSENTRASI BAHASA INDONESIA SEMESTER V

Infazria Ulfa ( )

Rika Pitriyani (0702456)

Wasmana (0701816)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1

KAMPUS CIBIRU

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar